Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investigasi Kecelakaan Kereta Api, Menhub: Penyebabnya Kemungkinan Pelanggaran SOP

Kompas.com - 18/01/2024, 13:33 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tengah menginvestigasi penyebab kecelakaan tabrakan kereta api (KA) Turangga dengan KA Lokal Bandung Raya dan anjloknya KA Pandalungan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, investigasi masih terus berlangsung dan belum ada hasil akhir. Namun berdasarkan investigasi selama ini, penyebab kecelakaan tersebut karena faktor kesalahan manusia (human error).

"Jadi dari apa yang kita amati sementara ini memang KNKT belum memberikan suatu results (hasil), ada satu kemungkinan bahwa ada kesalahan teknis ya, pelanggaran SOP (standard operating procedure/standar operasional prosedur), berarti faktor manusia dan hal-hal lain yang sedang kita identifikasi," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Selain itu, Menhub juga telah mengirim laporan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kecelakaan kereta api yang terjadi di awal 2024 itu. Dalam laporannya, Menhub mengusulkan tiga tahapan untuk pencegahan kecelakaan kereta api di kemudian hari.

Baca juga: Kecelakaan Kereta Berulang, YLKI: Diperlukan Audit Menyeluruh

Sebagai upaya jangka pendek, Kemenhub tengah melakukan reformasi sumber daya manusia di sektor perkeretaapian, perombakan organisasi, dan membuat SOP baru.

Selanjutnya, Kemenhub akan mengupayakan semua jalur kereta api di Bandung, Jawa Barat maupun di Tanggulangin, Jawa Timur menjadi dua jalur (double track). Sebab seperti diketahui, dua kecelakaan kereta itu terjadi di jalur kereta api yang hanya satu jalur.

Pada upaya tahap kedua ini, Kemenhub juga mengupayakan perbaikan sinyal kereta api menjadi otomatis di seluruh wilayah terutama Pulau Jawa. Mengingat sistem persinyalan kereta api selama ini menggunakan sistem manual.

"Oleh karenanya, tahun anggaran ini kita akan selesaikan semua berkaitan dengan sinyal khususnya di Jawa. Tetapi untuk double track untuk Cicalengka itu akan selesai pada bulan Mei," ucapnya.

Baca juga: Insiden Kecelakaan Kereta Berulang, Kemenhub Lakukan Evaluasi dan Minta KAI Tingkatkan Keselamatan

Tahap ketiga, Kemenhub akan membangun jalur kereta api yang melayang (elevated) di kota-kota besar. Hal ini untuk mengurangi pelintasan sebidang yang selama ini kerap menjadi lokasi kecelakaan antar kereta api dengan kendaraan lain.

"Kami berpikir bahwa yang paling aman itu adalah melakukan upaya elevated pada kota-kota besar, katakanlah di Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya seperti apa yang dilakukan di Jakarta sehingga lintasan sebidang tidak ada," kata Menhub.

Untuk merealisasikan tiga upaya di sektor perkeretaapian tersebut, Kemenhub akan menggunakan anggaran tahun 2024.

"Kalau SOP mungkin tidak ada anggaran tapi pada tahun 2024 ini kita akan melakukan perbaikan semua sinyal dan mengupayakan semaksimal agar single track itu menjadi double track," tuturnya.

Baca juga: Mencegah Kecelakaan Kereta Api Berulang


Sebagai informasi, rentetan kecelakaan kereta api terjadi di awal tahun 2024. Mulai dari tabra yang melibatkan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya pada Jumat (5/1/2024) di Cicalengka, Jawa Barat dan insiden KA Pandalungan anjlok pada Minggu (14/1/2024) di Sidoarjo, Jawa Timur.

Kemudian pada Minggu (14/1/2024) juga terjadi kecelakaan kereta api dengan mobil di pelintasan sebidang di tiga lokasi berbeda, yaitu KA Gaya Baru Malam Selatan di Klaten, Jawa Tengah, KA Wijayakusuma di Banyuwangi, Jawa Timur, dan KA Datuk Blambangan di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com