Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramalan Terbaru Ekonomi Global dari IMF

Kompas.com - 01/02/2024, 11:10 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) merilis laporan terbaru terkait prospek perekonomian global bertajuk World Economic Outlook Update edisi Januari 2024.

Dalam laporan teranyar tersebut, IMF mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024 menjadi 3,1 persen, dari sebelumnya 2,9 persen dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2023.

Kemudian, untuk tahun 2025 pertumbuhan ekonomi global diproyeksi mencapai 3,2 persen, angka proyeksi itu tidak berubah dari prediksi sebelumnya.

Baca juga: Proyeksikan Ekonomi RI Kuartal IV-2023 Tumbuh 5 Persen, Bahlil: Ini Bukan Angka Omon-omon

Prospek ekonomi global itu melihat ketahanan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara berkembang besar yang lebih baik, serta kebijakan fiskal China yang dinilai tepat mendukung fundamental perekonomian negaranya.

"Akan tetapi, prospek pertumbuhan ekonomi itu berada di bawah rata-rata pertumbuhan secara historis (2000-2019) sebesar 3,8 persen," tulis laporan IMF, dikutip Kamis (1/2/2024).

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global dipicu oleh tingkat suku bunga acuan bank sentral yang tinggi untuk merespons inflasi, ditariknya sejumlah bantuan fiskal seiring dengan semakin besarnya beban utang bagi perekonomian negara, hingga rendahnya fundamental sumber pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, upaya bank sentral memerangi inflasi dengan langkah pengetatan kebijakan moneter diyakini akan membuahkan hasil positif.

IMF memproyeksi, inflasi secara global akan turun ke level 5,8 persen pada 2024 dan kian menyusut pada tahun depan menjadi 4,4 persen.

"Inflasi turun lebih cepat dari perkiraan di sebagian besar wilayah, di tengah melemahnya permasalahan sisi penawaran dan kebijakan moneter yang restriktif," tulis IMF.

Dengan terjadinya disinflasi disertai pertumbuhan ekonomi yang stabil, IMF memandang, kemungkinan terjadinya fenomena kontraksi ekonomi yang signifikan atau biasa disebut "hard landing", semakin minim.

"Tantangan perumus kebijakan dalam waktu dekat adalah mengelola penurunan inflasi sesuai target, mengkalibrasi kebijakan moneter sebagai respons dinamika inflasi," tulis IMF.

Baca juga: Tahan Produksi Minyak, Ekonomi Arab Saudi Masih Lesu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com