Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wall Street Beragam, Dow Jones Kembali Catat Rekor Level Tertinggi

Kompas.com - 13/02/2024, 07:37 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Bursa saham AS atau Wall Street berakhir mixed, pada penutupan perdagangan Senin (12/2/2024) waktu setempat (Selasa WIB).

Dow Jones Industrial Average (DJIA) kembali mencatatkan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah dengan kenaikan lebih dari 100 poin pada akhir sesi perdagangan. Indeks berisikan 30 saham itu naik 125,69 poin atau 0,33 persen menjadi 38,797.38.

Sementara itu, S&P 500 turun tipis 0,09 persen menjadi berakhir pada 5.021,84, sedangkan Nasdaq Komposit melemah 0,3 persen menjadi ditutup pada 15.942,55.

Baca juga: Resmi Melantai di BEI, Harga Saham MEJA Bergerak Fluktuatif

Salesforce memberati laju DJIA. Saham perangkat lunak berbasis cloud itu merosot 1,4 persen. Sementara saham Hershey juga melemah kurang dari 1 persen menyusul penurunan peringkat menjadi underweight dari Morgan Stanley karena permintaan yang lebih lemah.

Di sisi lain, Diamondback Energy melesat 9,4 persen setelah mengumumkan akan mengakuisisi produsen minyak dan gas Endeavour Energy Partners.

Akhir pekan lalu, S&P 500 ditutup di atas 5.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Indeks cakupan luas itu kini telah meningkat lebih dari 5 persen sejak awal tahun.

Ketiga indeks rata-rata utama tersebut mengalami kenaikan minggu kelima berturut-turut, dengan S&P 500 dan Nasdaq Komposit masing-masing bertambah 1,4 persen dan 2,3 persen minggu lalu. Sementara itu, Dow naik sedikit lebih tinggi.

“Sementara saham-saham AS kini memperkirakan banyak kabar baik, kami yakin kenaikan tersebut didukung dengan baik,” kata kepala investasi UBS Global Wealth Management, Mark Haefele.

Sekitar 61 korporasi di S&P 500 akan melaporkan pendapatannya pada minggu depan, termasuk saham gig economy Lyft, Instacart, dan DoorDash. Sementara perusahaan seperti AutoNation, Kraft Heinz, Hasbro, dan Coca-Cola akan memberikan penjelasan soal daya beli masyarakat di AS.

Ahli strategi suku bunga Bank of America Meghan Swiber mengatakan, pelaku pasar juga akan mewaspadai level terbaru indeks harga konsumen atau CPI, yang merupakan ukuran inflasi utama yang akan dirilis pada Selasa pagi waktu setempat.

Baca juga: Wall Street Berakhir Hijau, S&P 500 Sempat Sentuh Level Tertinggi untuk Pertama Kalinya

Data ekonomi penting lainnya diperkirakan akan dirilis pada hari Kamis dan Jumat, termasuk data penjualan ritel, produksi, impor dan ekspor pada bulan Januari, termasuk penjualan perumahan baru dan indeks harga produsen, atau PPI.

“The Fed menekankan bahwa mereka perlu melihat ‘kepercayaan yang lebih besar’ terhadap data inflasi untuk memulai siklus pemotongannya,” kata Swiber.

“Kami pikir sebagian dari kepercayaan yang dicari The Fed adalah komposisi disinflasi,” lanjut Swiber.

“Sampai saat ini, disinflasi didorong oleh deflasi harga barang, sedangkan disinflasi jasa semakin membandel,” tambahnya.

Namun, reli pasar selama tiga bulan terakhir sangat kuat dan konsisten, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kemunduran dalam waktu dekat.

Bespoke Investment Group mencatat S&P 500 hingga saat ini telah melewati 70 hari perdagangan tanpa mengalami penurunan 2 persen.

Baca juga: IHSG dan Rupiah Menguat di Akhir Sesi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com