Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak Rangkuman Kecelakaan Adu Banteng KA Turangga dan Bandung Raya di Cicalengka: Kronologi, Penyebab, dan Rekomendasi KNKT

Kompas.com - 17/02/2024, 16:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil akhir investigasi kecelakaan Kereta Api (KA) Turangga dan KA Lokal Bandung Raya di Cicalengka, Bandung pada 5 Januari 2024.

Berikut rangkuman paparan KNKT dari kecelakaan adu banteng yang menyebabkan 4 orang meninggal dunia dan 37 orang mengalami luka-luka.

Kronologi Kecelakaan Versi KNKT

Kronologi kecelakaan berawal saat KA Lokal Bandung Raya berangkat dari Stasiun Rancaekek menuju Stasiun Haurpugur pada pukul 05.41 WIB.

Di saat yang hampir bersamaan, pada pukul 05.46 WIB terdapat KA Turangga melintas langsung dari Stasiun Nagreg menuju Stasiun Cicalengka.

Pada pukul 05.51 WIB, KA Lokal Bandung Raya datang dan berhenti di Jalur II Stasiun Haurpugur dan kemudian diberangkatkan kembali pukul 05.56 WIB ke Stasiun Cicalengka.

Pukul 05.59 WIB, KA Turangga melintas langsung Stasiun Cicalengka menuju Stasiun Haurpugur.

Kemudian terjadi tabrakan adu banteng antara KA Lokal Bandung Raya dengan KA Turangga di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur.

Baca juga: Penyebab Tabrakan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya Ternyata gara-gara Perbedaan Sistem Sinyal

Penyebab Kecelakaan

Plt Kasubkom IK Perkeretaapian KNKT Gusnaedi Rachmanas mengatakan, kecelakaan ini terjadi akibat adanya gangguan sistem persinyalan yang dikirim sistem interface tanpa perintah (uncommanded signal).

Sebagai informasi, Stasiun Cicalengka dan Haurpugur menggunakan sistem persinyalan yang berbeda yakni mekanik di Stasiun Cicalengka dan elektrik di Stasiun Haurpugur.

Untuk memudahkan koordinasi kedua stasiun, dibutuhkan alat khusus untuk menerjemahkan bahasa sinyal mekanik menjadi elektrik maupun sebaliknya, alat ini disebut sistem interface.

"KNKT menyimpulkan bahwa kecelakaan ini terjadi akibat adanya sinyal yang dikirim sistem interface tanpa perintah peralatan persinyalan blok mekanik Stasiun Cicalengka yang terproses oleh sistem persinyalan blok elektrik Stasiun Haurpugur," ujarnya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Baca juga: Ini Kendala Pembangunan Jalur Ganda di Lokasi Kecekaan KA Turangga

Dia menjelaskan, sesaat sebelum kecelakaan terjadi, muncul uncommanded signal berupa pemberian sinyal aman ke arah Stasiun Cicalengka saat petugas sedang memberikan warta masuk KA Malabar di Stasiun Haurpugur dari arah Stasiun Cicalengka.

Uncommanded signal tersebut terproses oleh persinyalan elektrik Stasiun Haurpugur, kemudian ditampilkan ke Stasiun Haurpugur yang mengindikasikan petak jalan ke arah Stasiun Cicalengka aman untuk dilalui kereta api.

"Indikasi telah diberi "blok aman" ini berdampak pada proses pengambilan keputusan untuk memberangkatkan KA dari masing-masing stasiun karena secara sistem Stasiun Haurpugur dapat memberangkatkan KA Bandung Raya menuju Stasiun Cicalengka," jelasnya.

Baca juga: Tabrakan KA Turangga-KA Bandung Raya, Pemerintah Dinilai Perlu Bangun Double Track

 


Selanjutnya ketika KA Lokal Bandung Raya lepas dari Stasiun Haurpugur, sistem persinyalan elektrik mengirim sinyal warta lepas KA Lokal Bandung Raya ke Stasiun Cicalengka.

Input ini menyebabkan indikator blok mekanik Stasiun Cicalengka berubah menjadi putih sehingga Stasiun Cicalengka dapat melangsungkan KA Turangga berjalan langsung ke Stasiun Haurpugur.

"Beberapa saat kemudian terjadi tabrakan kedua kereta di depan sinyal masuk Stasiun Cicalengka," ucap Gusnaedi.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menambahkan, insiden kecalakaan adu banteng ini juga dipengaruhi juga oleh faktor manusia.

"Memang ini keterlibatan faktor manusia, kontribusi manusia memang ada tapi peralatan mekanik di Cicalengka juga sudah tua," tambahnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com