Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merealisasikan "Mimpi" Gen Z Miliki Hunian

Kompas.com - 17/02/2024, 19:00 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah atau hunian merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Namun, bagi generasi muda, khususnya mereka yang tergolong dalam Generasi Z, rumah merupakan suatu kemewahan, bahkan sebuah mimpi.

Anggapan tersebut pun dirasakan oleh Annasa (25). Karyawan swasta yang bekerja di wilayah Jakarta Pusat itu menilai, memiliki hunian hanya menjadi sebuah "angan" bagi generasi muda, seiring dengan semakin tingginya harga properti.

"Karena emang harga hunian benar-benar selangit, sampai rasanya enggak akan tercapai," kata dia, bercerita kepada Kompas.com, Kamis (15/2/2024).

Annasa saat ini masih tinggal bersama orang tuanya di wilayah Kota Depok. Adapun harga rata-rata rumah dengan spesifikasi luas tanah dan bangunan 36 meter persegi (m2) di wilayah tersebut, berada di kisaran Rp 336 juta (data berdasarkan laman Rumah123.com).

Menurutnya, generasi kelahiran tahun 1997-2012 itu dihadapi permasalahan kesulitan untuk menabung. Apalagi, bagi gen Z yang memiliki beban tanggungan keluarga atau disebut juga sandwich generation.

"Harus biayain orangtua, adek, atau bahkan kaka, udah abis di situ doang uangnya," ujarnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Jika Inflasi Tinggi, Masyarakat Semakin Sulit Beli Rumah

Keluhan serupa disampaikan oleh Randy (23). Pekerja lepas di bidang desain interior itu bahkan mengaku belum memikirkan untuk memiliki hunian dalam waktu dekat, mengingat tingginya harga rumah saat ini.

"Kayanya sulit deh buat anak muda sekarang punya rumah yang harganya naik lebih cepat dari kenaikan gaji," kata dia.

Sampai saat ini, Randy masih tinggal bersama orangtuanya di wilayah Kota Bekasi. Mengacu data Rumah123.com, rata-rata harga rumah dengan luas tanah dan bangunan 36 m2 persegi di Kota Bekasi ialah sebesar Rp 443 juta.

Baca juga: Gaji Kurang, Generasi Muda Masih Sulit Punya Rumah

 


Dengan melihat nominal tersebut, Randy menilai, kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi opsi yang paling realistis bagi gen Z. Akan tetapi, bagi pekerja lepas seperti dirinya, KPR pun menjadi opsi yang sulit untuk didapat.

Oleh karenanya, Annasa dan Randy sama-sama menilai, gen Z membutuhkan skema pembiayaan KPR yang lebih akomodatif. Dengan perjalanan karir yang baru dimulai, gen Z disebut membutuhkan KPR dengan uang muka lebih rendah, tenor panjang, hingga pengajuan yang lebih inklusif.

Pernyataan kedua gen Z itu pun diamini oleh Perencana Keuangan, Andy Nugroho. Ia membenarkan, harga properti yang kian tinggi disertai gaya hidup generasi Z yang berfokus pada kesenangan membuat kepemilikan hunian menjadi semakin berat.

Maka dari itu, Andy menyebutkan, gen Z perlu memilih KPR dengan tenor yang lebih panjang. Pada saat bersamaan, memilih pembiayaan dengan DP rendah, bahkan yang mencapai 0 persen.

"Ketika uang sudah mencukupi untuk membayar DP dan pembayaran pertamanya, maka untuk meringankan cicilan bulannanya bisa memilih dengan tenor yang paling panjang, karena akan berefek cicilannya semakin ringan," tuturnya.

Baca juga: Pemerintah Upayakan Generasi Milenial Punya Rumah di IKN

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com