Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurs Rupiah Melemah, BI Sebut Lebih Baik dari Won Korea hingga Baht Thailand

Kompas.com - 22/02/2024, 13:52 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak cenderung melemah sejak awal tahun ini. Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI), menyatakan, pergerakan nilai tukar rupiah masih lebih baik dari sejumlah mata uang asing lain.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui, rupiah masih terdepresiasi dibanding posisi pengujung tahun lalu. Tercatat, nilai tukar rupiah melemah 1,68 persen sejak awal tahun (year to date/ytd) hingga 20 Februari 2024.

Namun, depresiasi itu membaik jika dibandingkan dengan posisi Januari lalu. Perry menyebutkan, hingga akhir Januari lalu, rupiah melemah hingga 2,43 persen.

Baca juga: BI Siapkan Uang Tunai Rp 197,6 Triliun untuk Kebutuhan Lebaran 2024

"Nilai tukar rupiah hanya sedikit melemah 1,68 persen dari level akhir Desember 2023," katanya, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

"Lebih baik dibandingkan dengan pelemahan won Korea, ringgit Malaysia, dan baht Thailand masing-masing sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen," sambungnya.

Pelemahan yang dialami oleh rupiah dan mata uang asing lain terhadap dollar AS tidak terlepas dari ketidakpastian pasar keuangan yang kembali meningkat.

Pasar kembali mencermati potensi penurunan suku bunga bank sentral AS, Fed Fund Rate (FFR), seiring masih tingginya inflasi Negeri Paman Sam.

Baca juga: BI: Pertumbuhan Kredit 11,83 Persen pada Januari 2024

Dengan demikian, imbal hasil atau yield obligasi AS kembali meningkat. Investor pun kembali beralih dari pasar keuangan negara berkembang ke pasar negara dengan perekonomian terbesar itu.

"Meningkatkan tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market," ujar Perry.

Masih berpotensi menguat

Walaupun masih melemah, BI meyakini, rupiah bakal menguat ke depannya. Salah satu sentimen utamanya ialah penurunan suku bunga The Fed, yang diproyeksi BI terjadi pada paruh kedua tahun ini.

Baca juga: Tanggapi Hasil Sementara Pemilu, BI: Kami Akan Terus Bersinergi dengan Pemerintah

"Kami meyakini itu, begitu ada kepastian Fed Fund Rate turun, dan juga berbagai kondisi ekonomi global tadi, dollar juga tidak akan terus-terusan kuat," tutur Perry.

Pada saat bersamaan, BI akan memperkuat strategi operasi moneter bertajuk "pro-market". Langkah ini dilakukan melalui optimalisasi instrumen-instrumen andalan BI untuk menarik modal asing, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI).

"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing," ucap Perry.

Baca juga: Harga Beras Melambung Tinggi, BI Beberkan Hitung-hitungan Dampaknya ke Inflasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com