Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: 60 Persen Ekspor Rumput Laut Masih dalam Bentuk Mentah

Kompas.com - 01/03/2024, 12:41 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B Pandjaitan mengatakan, sat ini, sekitar 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering dengan hilirisasi yang terbatas.

Padahal, kata dia, dari rumput laut bisa dibuat pupuk organik, bahan pangan pengganti gandum, biodegradable plastic, hingga biofuel.

"Saat ini budidaya rumput laut baru mencapai 102.000 hektar atau 0,8 persen-nya saja. Lebih dari 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas," kata Luhut dalam acara “Showcase Piloting Budidaya Rumput Laut Skala Besar” dikutip dari laman resmi Kemenko Marves, Jumat (1/3/2024).

Baca juga: Bumi Makin Panas, Luhut Akan Konservasi Mangrove 400.000 Hektar

Luhut mengatakan, untuk melakukan hilirisasi, salah satu kunci yang harus dilakukan adalah perbaikan di sisi hulu.

Ia mengatakan, hal ini sama dengan pertanian di darat, produktivitas dan efisiensi budidaya rumput laut harus terus ditingkatkan.

"Hari ini kita menyaksikan target peningkatan produktivitas bukan hal yang mustahil dicapai. Melalui karya anak bangsa, berbagai inovasi berupa mekanisasi dan penggunaan teknologi dilakukan untuk peningkatan produktivitas dalam skala yang besar,” ujarnya.

Luhut mengatakan, melalui budidaya skala besar seluas 100 ha dengan mekanisasi dan teknologi, banyak manfaat ekonomi yang dapat diraih yakni investasi sebesar 2-2,5 juta dollar AS, penciptaan tenaga kerja langsung sebanyak 100-150 orang, produksi rumput laut basah 10.000-15.000 ton per tahun, dan setara produksi biostimulant yang dapat mencakup 1-2 juta lahan pertanian.

“Saya sampaikan ini sudah sekitar 100 hektar sudah jalan bukan hanya coba-coba saja. Kami ingin teknologi ini berkembang karena akan menciptakan lapangan kerja untuk 1 juta dan mengurangi kemiskinan dan memberikan dampak pada masuatakat pesisir untuk lenih berkembang,” tuturnya.

Luhut mengatakan, pihaknya akan mengakselerasi pengembangan industri laut secara komprehensif dan terukur.

Baca juga: Hilirisasi Rumput Laut, Jokowi: Ada Cuannya Pasti Akan Berbondong-bondong...

Dalam pilot project ini, kata dia, Kemenko Marves akan bekerja sama dengan BRIN, KKP, Sea6, Prospera, MTCRC, Konservasi Indonesia, Universitas Mataram untuk mengevaluasi dampak proyek terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, kualitas air, ekosistem lingkungan dan potensi penyerapan karbon.

“Dengan begitu kami akan memperoleh data yang akurat untuk penyempuranaan kebijakan ke depan. Berbagai program akan dilaksanakan untuk mendukung akselerasi yang terintegrasi baik di hulu maupun sisi hilir," kata dia.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan, percepatan industri rumput laut melibatkan kementerian dan lembaga lainnya, di antaranya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian BUMN, Kementerian Investasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, pemerintah daerah, universitas maupun mitra pembangunan.

"Beberapa program yang akan dilaksanakan di antaranya penyediaan bibit berkualitas, pemetaan potensi lahan dengan menggunakan satelit, penyederhanaan perizinan berusaha, riset jenis rumput laut unggul dan kualitas lingkungan, penyiapan aspek sosial ekonomi, peningkatan mutu pengolahan hasil dan market generation," ucap dia.

Baca juga: Mengintip Potensi Bisnis Digitalisasi Rumput Laut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com