Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menangani Trauma Finansial

Kompas.com - 08/03/2024, 14:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Meike Kurniawati S.Psi., MM dan Niken Widi Astuti M.Psi., Psikolog*

TRAUMA didefinisikan oleh American Psychological Association (APA) sebagai respons emosional terhadap peristiwa mengerikan.

Trauma juga digambarkan sebagai peristiwa yang tidak dapat diproses oleh pikiran dan tubuh seperti pengalaman hidup biasa. Sehingga membuat terganggunya fungsi emosional, kognitif, dan fisik seseorang.

Trauma bisa disebabkan karena berbagai peristiwa traumatis, termasuk masalah finansial.

Trauma finansial mengacu pada gejala emosional, kognitif, relasional, dan fisik, dipicu oleh tekanan finansial yang berat.

Trauma keuangan adalah hal yang seringkali terjadi, ada di sekitar kita, tetapi luput dari perhatian. Mengapa seseorang bisa mengalami trauma finansial?

Pertama, kemiskinan dan kemiskinan kronis. Kondisi ini membuat seseorang mengalami kekurangan dan dapat memicu kecemasan, depresi, penyalahgunaan narkoba, gangguan makan, dan trauma.

Kedua, trauma antargenerasi. Bayangkan apa yang dirasakan dan dialami masyarakat usia “pre baby boomer” (generasi kelahiran sebelum tahun 1945) dan “baby boomer” (generasi kelahiran antara tahun 1946 – 1964) yang telah melewati masa holocaust, genosida, perang besar berkepanjangan dan krisis finansial besar-besaran, great depression. Masa penuh gejolak dengan hidup yang tentu sangat tidak mudah.

Ketiga, hutang. Hutang yang besar dan atau berjangka panjang dapat menyebabkan kecemasan atas kekurangan uang, ketidakmampuan membayar, dll. Tidak hanya itu, ketergantungan finansial juga dapat memicu trauma finansial.

Keempat, hilangnya penghasilan. Trauma finansial dapat juga dipicu oleh hilangnya penghasilan. Kehilangan pekerjaan, kebangkrutan, pengangguran, perceraian, atau perpisahan akibat kematian pasangan, berakhirnya bantuan atau tunjangan keuangan, baik dari keluarga, mantan pasangan atau pemerintah.

Kelima, diskriminasi keuangan. Diskriminasi bagi kelompok minoritas yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, dll. Diskriminasi pekerjaan yang didasarkan pada suku, agama, ras, gender atau identitas seksual.

Keenam, kurangnya sumber daya. Hal ini dapat berkontribusi besar terhadap trauma finansial. Misal: kebutuhan makan, kekurangan makanan dapat menjadi hal yang menakutkan, terutama bagi orang tua yang tidak hanya memberi makan diri sendiri, tetapi juga anak-anak mereka.

Kurangnya akses terhadap uang, asuransi kesehatan, atau bantuan pemerintah juga dapat memicu trauma finansial.

Apa tanda seseorang mengalami trauma finansial ?

  1. Ketergantungan keuangan pada pasangan, anak atau orang lain.
  2. Menggunakan uang secara kompulsif (berbelanja berlebihan, kecanduan belanja, dll),
  3. Menjadi terlalu kikir, bahkan untuk pengeluaran penting.
  4. Kecanduan kerja untuk mencegah munculnya kesulitan keuangan di masa depan.
  5. Menghindari segala hal terkait finansial (tidak mau membicarakan masalah keuangan, menghindari berurusan dengan lembaga keuangan, dll).

Trauma finansial yang tidak segera diatasi akan berdampak negatif: permasalahan keluarga, kecanduan napza, gangguan fisik dan mental, tidak produktif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com