Oleh: Meike Kurniawati S.Psi., MM dan Niken Widi Astuti M.Psi., Psikolog*
TRAUMA didefinisikan oleh American Psychological Association (APA) sebagai respons emosional terhadap peristiwa mengerikan.
Trauma juga digambarkan sebagai peristiwa yang tidak dapat diproses oleh pikiran dan tubuh seperti pengalaman hidup biasa. Sehingga membuat terganggunya fungsi emosional, kognitif, dan fisik seseorang.
Trauma bisa disebabkan karena berbagai peristiwa traumatis, termasuk masalah finansial.
Trauma finansial mengacu pada gejala emosional, kognitif, relasional, dan fisik, dipicu oleh tekanan finansial yang berat.
Trauma keuangan adalah hal yang seringkali terjadi, ada di sekitar kita, tetapi luput dari perhatian. Mengapa seseorang bisa mengalami trauma finansial?
Pertama, kemiskinan dan kemiskinan kronis. Kondisi ini membuat seseorang mengalami kekurangan dan dapat memicu kecemasan, depresi, penyalahgunaan narkoba, gangguan makan, dan trauma.
Kedua, trauma antargenerasi. Bayangkan apa yang dirasakan dan dialami masyarakat usia “pre baby boomer” (generasi kelahiran sebelum tahun 1945) dan “baby boomer” (generasi kelahiran antara tahun 1946 – 1964) yang telah melewati masa holocaust, genosida, perang besar berkepanjangan dan krisis finansial besar-besaran, great depression. Masa penuh gejolak dengan hidup yang tentu sangat tidak mudah.
Ketiga, hutang. Hutang yang besar dan atau berjangka panjang dapat menyebabkan kecemasan atas kekurangan uang, ketidakmampuan membayar, dll. Tidak hanya itu, ketergantungan finansial juga dapat memicu trauma finansial.
Keempat, hilangnya penghasilan. Trauma finansial dapat juga dipicu oleh hilangnya penghasilan. Kehilangan pekerjaan, kebangkrutan, pengangguran, perceraian, atau perpisahan akibat kematian pasangan, berakhirnya bantuan atau tunjangan keuangan, baik dari keluarga, mantan pasangan atau pemerintah.
Kelima, diskriminasi keuangan. Diskriminasi bagi kelompok minoritas yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, dll. Diskriminasi pekerjaan yang didasarkan pada suku, agama, ras, gender atau identitas seksual.
Keenam, kurangnya sumber daya. Hal ini dapat berkontribusi besar terhadap trauma finansial. Misal: kebutuhan makan, kekurangan makanan dapat menjadi hal yang menakutkan, terutama bagi orang tua yang tidak hanya memberi makan diri sendiri, tetapi juga anak-anak mereka.
Kurangnya akses terhadap uang, asuransi kesehatan, atau bantuan pemerintah juga dapat memicu trauma finansial.
Apa tanda seseorang mengalami trauma finansial ?
Trauma finansial yang tidak segera diatasi akan berdampak negatif: permasalahan keluarga, kecanduan napza, gangguan fisik dan mental, tidak produktif.