Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Sebenarnya Nilai Batas Wajar Pembiayaan untuk Kita?

Kompas.com - 22/03/2024, 08:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sering sekali untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, seseorang menggunakan jasa pembiayaan seperti kredit yang bisa diakses baik dari perbankan atau perusahaan jasa keuangan lainnya, misal pinjaman online (pinjol).

Guru Besar Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia Budi Frendsidy mengungkapkan, menggunakan pembiayaan boleh-boleh saja atau hal yang wajar selama seseorang membutuhkan sesuatu dan angsurannya masih dalam kemampuan untuk membayar .

“Semua pengusaha menggunakan pembiayaan untuk ekspansi usahanya misalnya, bisa saja memanfaatkan pembiayaan. Pun seseorang atau siapapun asal mampu membayar atas nilai angsurannya yah sah-sah saja,” ujarnya dalam Media Iftar Home Credit di Jakarta, Kamis (21/3/2024).

Lalu, berapa batas wajar pembiayaan seseorang?

Baca juga: OJK Turut Pelototi Pembiayaan Bermasalah di LPEI

Budi bilang, batas wajar seseorang untuk mengakses pembiayaan adalah angsuran bulanan maksimal sepertiga dari gaji atau penghasilan.

Jika melebihi itu, bank atau perusahaan pembiayaan akan sulit bahkan tidak akan menyetujui pembiayaan karena kemungkinan besar akan terjadi kredit macet.

“Perlu diketahui juga kalau tidak ada kreditor yang suka dengan kredit macet,” katanya.

Oleh sebab itu Budi bilang jika ingin memiliki keuangan yang sehat, seseorang harus mampu mengendalikan antara keinginan dan kebutuhan.

“Tidak ada yang salah dengan menggunakan pembiayaan jika kita kita membutuhkannya tapi bijak lah dalam menghitung kapasitas kita. Jika kita terus membeli barang-barang yang kita inginkan suatu hari kita harus menual barang-barang yang kita butuhkan,” pungkasnya.

Baca juga: Permintaan Tumbuh saat Ramadhan, BSI Jaga Kualitas Pembiayaan

Berutang Makin Mudah, Ini Tips Kelola Utang buat Gen Z

Saat ini berutang makin mudah dengan berbagai platform pinjaman dari bank hingga pinjol. Hal ini membuat membuat generasi Z alias gen Z cenderung menganggap utang sebagai sesuatu yang lebih ringan.

Perencana keuangan Annisa Steviani menekankan pentingnya memikirkan tujuan produktif saat ingin berutang. Utang yang diperoleh sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang mampu menghasilkan keuntungan jangka panjang.

"Misalnya, dalam berbisnis online, memperoleh gadget baru seperti iPhone yang dapat digunakan untuk konten dan mendapatkan endorsement dari perusahaan. Dengan begitu, hutang tersebut dapat terbayarkan dalam beberapa bulan," kata Annisa di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Baca juga: Paylater Bakal Panen Saat Lebaran, Masyarakat Pilih Kredit buat Beli Produk-produk Ini

Kemudian, perlu adanya pertimbangan yang matang sebelum mengambil keputusan berutang. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai desainer grafis dengan laptop yang rusak dan sering mendapatkan banyak pekerjaan.

Maka, tidak masalah jika ia memutuskan untuk melakukan cicilan dalam setahun untuk mendapatkan laptop baru agar dapat terus bekerja dengan baik. Terakhir, penting untuk memilih lingkungan atau pergaulan yang tepat.

Circle atau teman dekat di sekitar kita memiliki pengaruh besar dalam gaya hidup dan pengelolaan keuangan yang dilakukan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com