Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Rempang Tempati Rumah Baru di Tanjung Banon September 2024

Kompas.com - 27/04/2024, 07:28 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - BP Batam memastikan warga Rempang yang terdampak proyek Rempang Eco-City mulai menempati rumah baru di Tanjung Banon pada September 2024.

BP Batam membangun sebanyak 961 unit rumah tipe 45 untuk warga Rempang yang direlokasi di Tanjung Banon. Pemindahan pun akan dilakukan secara bertahap.

"Tim menargetkan September 2024 sebagian warga sudah bisa menempati rumah baru di Tanjung Banon. Target antara 94-100 kepala keluarga (KK)," ujar Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait dalam keterengannya, Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Pembangunan Kampung Relokasi Warga Rempang Tak Kunjung Dimulai, PUPR: Belum Ada Dana

Adapun rumah layak huni bertipe 45 tersebut dibangun dengan luas tanah 500 meter persegi (m2). Rumah senilai Rp 120 juta per unit ini dibangun dengan mengedepankan rumah Melayu yang otentik.

Untuk mengetahui wujud rumah baru ini, maka masyarakat bisa melihat 4 rumah contoh yang sudah selesai dibangun, lengkap dengan tandon air bersih kapasitas air 2 meter kubik dan listrik yang sudah terpasang sejak 6 April 2024.

BP Batam sendiri diberikan waktu satu tahun yakni sepanjang 2024 untuk menyelesaikan 961 unit rumah warga Rempang oleh pemerintah pusat.

Baca juga: Jokowi Teken Aturan Baru Ganti Rugi Lahan, Terkait Rempang?

Kepala BP Batam Muhammad Rudi mengatakan, pembangunan hunian untuk warga Rempang di Tanjung Banon terus digenjot. Hunian akan dilengkapi fasilitas umum mulai dari sekolah, puskemas, hingga rumah ibadah.

Ia menuturkan, Tanjung Banon berada di sisi selatan Pulau Rempang dengan jarak sekitar 60 kilometer dari Kota Batam. Secara geografis letaknya di seberang Dapur 3 Sijantung, dan secara horizontal terpisah lautan dengan Pulau Galang di ujung pantai.

Menurutnya kondisi wilayah Tanjung Banon masih terbilang minim fasilitas. Hanya tersedia satu sekolah dasar negeri yakni SDN 006. Itupun hanya sampai kelas 3 SD.

Baca juga: Soal Konflik Pulau Rempang, Bahlil: Pemberitaan Terlalu Lebay

Untuk jenjang selanjutnya, siswa harus pindah ke sekolah yang berada di Kampung Tua Dapur 6.

Bahkan, daerah tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan berupa Puskesmas. Yang saat ini tersedia adalah Polindes (Pondok Bersalin Desa).

Polindes adalah salah satu bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk KB.

Baca juga: Bahlil Sebut 70 Persen Warga Pasir Panjang Pulau Rempang Setuju Digeser

Berbeda dengan Posyandu yang didukung petugas Puskesmas, polindes sangat tergantung pada keberadaan bidan. Hal ini karena pelayanan di polindes merupakan pelayanan profesi kebidanan.

Maka dari itu, wilayah ini akan ditata menjadi hunian moderen dengan fasilitas pendukung memadai, sehingga ddiharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

"Jadi ini tidak hanya rumah, tapi juga fasilitas umum, fasilitas sosial, aset jalan akan diperlebar dan diaspal, pelabuhan serta dermaga, sekolah SD, SM, SMA, begitu juga kantor pemerintah, lapangan bola, serta seluruh fasilitas rumah ibadah juga," ungkap Rudi.

Baca juga: Ada Konflik di Rempang, Menteri Bahlil: Xinyi Paham Kondisi Saat Ini

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com