Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Akhir Pekan, IHSG Dibuka "Tancap Gas", Rupiah Melemah

Kompas.com - 17/05/2024, 09:50 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (16/5/2024). Hal ini berbeda dengan mata uang garuda yang memguat dalam pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, IHSG berada di zona hijau pada level 7.277,29 atau naik 30,59 poin (0,42 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 7.246,69.

Sebanyak 204 saham melaju di zona hijau dan 148 saham di zona merah. Sedangkan 197 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,2 triliun dengan volume 1,7 miliar saham.

Baca juga: Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Founder WH Project William Hartanto mengatakan, hari ini IHSG berpotensi menguat, setelah kemarin meninggalkan demand zone yang sebelumnya berada pada area 7.000 – 7.180.

Dia mengatakan, posisi net sell investor asing pun sudah berbalik menjadi net buy pada perdagangan kemarin (walaupun masih dalam jumlah sedikit). Ini yang menjadi penyebab mengapa IHSG bisa menguat di atas 0,5 persen dan beberapa kali menyentuh 1 persen.

“IHSG telah menyelesaikan pembentukan demand zone dan menembus batas akhir pada 7.180, maka arah IHSG sekarang adalah penguatan. Kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak pada range 7.180 – 7.322,” ujar William dalam analisisnya.

Bursa Asia bergerak mixed, dengan kenaikan Hang Seng Hong Kong 0,96 persen (186,6 poin) ke level 19.563,14, dan Shanghai Komposit bertambah 0,27 persen atau 8,5 poin ke level 3.130,9. Sementara itu, Strait Times melemah 0,12 persen (3,8 poin) ke level 3.301,12, dan Nikkei terkoreksi 0,33 persen (129,6 poin) ke level 38.790,69.

Baca juga: Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 9.10 WIB rupiah berada pada level Rp 16.987 per dollar AS atau turun 64 poin (0,4 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 15.923 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan rupiah bisa tertahan hari ini karena pasar masih mewaspadai kenaikan inflasi di AS karena data harga barang impor AS naik bulan lalu dibandingkan bulan sebelumnya melebihi perkiraan.

“Penguatan rupiah bisa saja tertahan hari ini mengikuti pergerakan nilai tukar emerging market lainnya yang melemah terhadap dollar AS pagi ini,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com