Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rhenald Kasali: Digitalisasi Kehidupan Bawa Kita Hadapi Era #MO

Hal ini berpengaruh terhadap banyak hal, mulai dari marketing, komunikasi publik, pelayanan jasa publik, leadership hingga pengelolaan ekonomi.

"Bahkan industri akan dan tengah dihantui oleh gejala kehilangan the main yang menjadi sumber pendatannya," katanya dalam peluncuran buku Mobilisasi dan Orkestrasi atau #MO, di Vertical Garden, Telkom Landmark Tower, Jakarta, Kamis (29/8/2019).

Surat kabar, kata dia, adalah korban pertama ketika mereka kehilangan pendapatan dari penjualan koran dan iklan. Disusul televisi. Lalu airlines tak dapat hidup dari tiket. Demikian juga industri telekomunikasi tak dapat hidup dengan hanya mengandalkan pendapatan dari voice.

“Inilah era #MO. Era yang membuat banyak teori-teori bisnis jadi usang, dan berbagai model bisnis tak lagi relevan. Banyak orang yang kebingungan. Dan yang pasti, era yang membuat banyak orang yang gagal paham. Termasuk, di kalangan akademisi yang masih berkutat dengan teori dan asumsi lama,” kata dia.

Orkestrasi

Selain mobilisasi, menurut Rhenald, era MO ditandai dengan munculnya cara-cara baru dalam value creation yang menjadi dasar ekonomi produktif.

Bila dulu value creation bersifat internal dan didapat dari aset-aset tangible melalui skala ekonomis, kini justru didapat dari sisi permintaan melalui ekosistem. Karena itulah timbul kebingungan-kebingungan. Salah satunya adalah menentukan siapa pemilik unicorn di Asia Tenggara.

“Hal lain yang juga memunculkan gagal paham adalah mekanisme valuasi akutansi tentang keuntungan dan kekayaan perusahaan digital, atau perusahaan yang mulai melakukan digitalisasi,” ujar Rhenald seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Jumat (30/8/2019).

Berbicara mengenai model bisnis yang baru, Rhenald mengatakan, sebelumnya perusahaan-perusahaan besar yang incumbent cenderung selalu melakukan kontrol resources dalam rantai produksinya. Namun di era sekarang hal itu sudah tak relevan lagi.

Saat ini, kata dia, yang diperlukan bukan lagi mengontrol resources, namun membangun ekosistem bisnis yang memungkinkan pelaku bisnis bisa melakukan orkestrasi atas berbagai resouces yang ada di luarnya.

Untuk hal ini, Rhenald memberikan contoh bagaimana produsen ponsel Nokia yang bangkrut dan iPhone bertahan terus hingga saat ini.

“Nokia hanya menjual ponsel yang hanya bisa dipakai untuk telpon dan SMS. Kalaupun ada game, layanan tersebut sangat terbatas, yakni game bawaan di ponsel Nokia. Sebaliknya, iPhone mengembangkan ekosistem bisnis,” ujar Rhenald.

Lewat ekosistem tersebut, lanjut dia, pengguna iPhone bisa mendapatkan game dengan jumlah yang sangat banyak dan pilihan beragam dari developer di luar Apple.

Tentu tak hanya itu, pengguna iPhone juga bisa mengakses layanan lain dari pengembang aplikasi yang ada di App Store.

Kompetiasi yang sama, kata Rhenald Kasali, dapat terlihat dari produsen sepatu Adidas vs Nike.

Menurut dia, Adidas hanya menjual sepatu dengan berbagai fitur yang ada. Sementara, Nike lebih dari itu. Meski sama-sama menjual sepatu, namun Nike menyediakan fitness wearables yang bisa menampilkan data fisik penggunanya.

Hal itu, kata Rhenald Kasali, membuka business opportunity baru sehingga menjadikan sepatu buatan Nike bagian dari business wellness yang sekaligus membongkar cara bisnis industri farmasi.

Nah, orkestrasi yang berhasil Iphone dan Nike kembangkan itu, kemudian menginspirasi Rhenald Kasali dalam pembuatan buku #MO tersebut. Ia mengaku selama penyusunan buku ini, dirinya melakukan orkestrasi dengan para millennial.

“Zaman sekarang intangible asset perusahaan adalah kaum millennial. Jangan lupakan millennial untuk dilibatkan, seperti proses pembuatan buku ini. Saya dibantu 20 millennial dan bertindak sebagai orkestrator.”

Mobilisasi

Bukan hanya orkestrasi, Rhenald Kasali menjelaskan salah satu ciri era MO adalah munculnya mobilisasi berbagai isu melalui media sosial (medsos) dengan menggunakan tagar.

“Gerakan gerakan 212, #SaveAudrey, #UninstallBukaLapak, #IceBucketChallenge, #MeToo, sampai Single’s Day yang menghasilkan ratusan triliun rupiah dalam sehari,” ujar dia.

Rhenald Kasali mengatakan, upaya mobilisasi itu dimulai dari hal-hal sepele, kemudian membesar hingga menciptakan gerakan mobilisasi yang diikuti banyak netizen. Ada satu-dua yang dampaknya positif. Namun banyak juga yang bersifat sebaliknya.

Upaya mobilisasi ini, kata dia, bisa berakibat gagalnya bangsa-bangsa melanjutkan pembangunan, bahkan kehilangan reputasi dan dukungan publik.

Rhenald mencontohkan mobilisasi ini pada kasus orangutan yang ditembak di Sumatera. Isu tersebut kemudian membesar dan bahkan menjadi “isu internasional” hingga muncul kampanye anti-minyak kelapa sawit (CPO) dari Indonesia oleh Uni Eropa.

“Bisa jadi, yang terlibat dalam isu tersebut adalah anak-anak muda Indonesia. Namun hal itu kemudian ditangkap oleh Uni Eropa sebagai bahan untuk menghambat derasnya ekspor CPO Indonesia,” kata dia.

Contoh lainnya, adalah bagaimana netizen ramai-ramai menyuarakan “unistal Bukalapak” di medsos. Ini terjadi setelah si pendiri marketplace tersebut, Achmad Zaky menuliskan di akun Twitter-nya tentang rendahnya anggaran R&D di Indonesia dan harapannya terhadap Presiden baru (terpilih).

Cuitan itu direspons beragam oleh netizen melalui mekanisme sharing-shaping. Hingga akhirnya netizen termobilisasi dan melakukan kampanye melalui tagar #UnistalBukalapak.

Menurutnya, tentu banyak yang berkepentingan dengan kampanye tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan itu berusaha memanfaatkan isu yang sedang hangat dibahas netizen untuk mewujudkan kepentingannya.

“Inilah mobilisasi. Gerakan besar yang muncul di kalangan netizen guna merespon sebuah isu. Namun demikian, hal itu tidak selalu steril dari kepentingan,” tegas Rhenald Kasali.

Enam pilar teknologi

Rhenald Kasali menyatakan mobilisasi dan orkestrasi tak terjadi begitu saja. Kedua hal ini muncul sebagai wujud dari revolusi industri 4.0.

Dalam revolusi industri 4.0, mesin dan segala benda, baik buatan alam maupun manusia sama-sama terhubung dengan manusia dari segala belahan dunia.

Mobilisasi dan orkestrasi merupakan bagian dari interconnected society yang timbul karena ada enam pilar teknologi, yaitu Internet of Things (IoT), Cloud Computing, Big Data Analytics, Artificial Intelligence, Super Apps, dan Broadband Infrastructure.

Meskipun gejala-gejala mobilisasi dan orkestrasi tersebut kian jelas, masih saja ada yang gagal paham karena ketidaktahuan dan terperangkap oleh paradigma lama.

“Karena itulah kita membutuhkan lensa baru untuk meneropong apa yang sebenarnya tengah terjadi agar tidak terjadi gagal paham,” jelas Rhenald Kasali.

https://money.kompas.com/read/2019/08/30/190632426/rhenald-kasali-digitalisasi-kehidupan-bawa-kita-hadapi-era-mo

Terkini Lainnya

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke