Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[TREN FINANSIAL KOMPASIANA] "Sleeping Investor" di Usia Muda | Belajar Investasi Tanah | Adu Kuat Nilai Tukar Mata Uang

KOMPASIANA---Berinvestasi selagi muda inilah yang jadi tren baru para milenial dalam mengelola keuagan mereka.

Akan tetapi, dalam berinvestasi, tentu saja banyak yang perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan sebelum "bermain" dengan instrumen investasi ini.

Ada yang mencoba "bermain" memilih investasi dalam saham karena sangat menjanjikan meskipun risikonya sangat besar. Namun, investasi saham tentunya harus disertai dengan penguasaan ilmu terlebih dulu.

Untuk bisa berinvetasi para calon investor juga mesti mengetahui tujuan dari investasi tersebut.

Karena investasi itu sebenarnya mesti sesuai dengan jangka waktu. Lebih lanjut, tujuan investasi pun ada hubungannya dengan jangka waktu. Masih ada yang perlu dipertimbangkan dalam berinvetasi?

1. Menjadi "Sleeping Investor" di Usia Muda, Kenapa Tidak?

Kebebasan finansial adalah impian hampir semua orang. Oleh karena itu lewat tulisannya, Kompasianer Anjas Permata ingin memberitahu cara meraihnya.

Familiar dengan istilah sleeping investor? Ya, itu biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang melakukan investasi jangka panjang pada instrumen-instrumen keuangan yang legal dan diakui.

Nah, investor jenis ini biasanya menanamkan investasinya untuk periode waktu cukup lama.

Untuk memudahkan itu, Kompasianer Anjas Permata membandingkannya dengan investor jenis trader.

"Dia (sleeping investor) tidak terlalu pusing untuk sering-sering melihat atau cek pergerakan investasi, berbeda dengan investor jenis trader yang seringkali memanfaatkan fluktuasi harian dalam mencari keuntungan," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Ketahui Hal Penting Ini Ketika Berencana Investasi Tanah

Jika tujuan berinvestasi adalah mendapatkan keuntungan atas sejumlah modal yang telah kita keluarkan, maka investasi dalam bentuk tanah bisa saja jadi pilihan.

Untuk bisa lebih memahami itu, Kompasianer Hery Sinaga menjelaskan beda investasi tanah dengan produk investasi lain dengan produk keuangan.

"Hal itu terkait kestabilan dari harga tanah yang tidak pernah turun dibanding dengan produk investasi lainnya yang cenderung fluktuatif," tulisnya.

Oleh karena itu perlu lakukan sebelum berinvestasi tanah adalah memastikan peruntukan objek tanah tersebut sesuai dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) daerah di mana objek tanah tersebut berada.

Maksudnya adalah untuk memastikan apakah tanah tersebut dalam rencana tata ruang daerah tersebut adalah untuk permukiman atau untuk pertanian. (Baca selengkapnya)

3. Adu Kuat Nilai Tukar Mata Uang Global

Jika berbicara nilai tukar mata uang, tulis Kompasianer Andry Natawijaya, hal itu tidak bisa dipisahkan dari parameter ekonomi di suatu negara.

Perhatikan saja jenis-jenis mata uang berikut: Amerika Serikat dengan USD, lalu Euro, Swiss Franc (CHF), Great Britain Pound Sterling (GBP) dari Eropa, Jepang Yen mewakili Asia serta dari kawasan Oseania adalah AUD dan NZD.

Negara-negara tersebut memiliki mata uang yang dikategorikan sebagai mata uang utama.

Maksudnya, mata uang tersebut menjadi tolok ukur perdagangan global karena volume transaksi dari mata uang tersebut memang selalu diperdagangkan di pasar.

"Tetapi alasan suatu mata uang memiliki nilai tukar stabil dan lantas menjadi mata uang utama setidaknya dilandasi 4 hal," lanjut Kompasianer Andry Natawijaya, menjelaskan. (Baca selengkapnya)

***

Tertarik membaca konten terkait? Atau, justru ingin menuliskan opini atau pengalamnnya, silakan buka laman Kompasiana: Ekonomi/Finansial.

https://money.kompas.com/read/2021/03/25/161600626/-tren-finansial-kompasiana-sleeping-investor-di-usia-muda-belajar-investasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke