Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terapkan Digitalisasi, Operasi Chevron Hemat Rp 1,4 Triliun di 2020

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) mengadopsi teknologi digital dalam mendorong kegiatan operasional perusahaan.

Penerapan teknologi digital ini pun berdampak signifikan.

Pada 2020, Chevron berhasil mencatatkan nilai manfaat lebih dari 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun dengan penerapan digitalisasi.

Selain itu, dalam tiga tahun terakhir Chevron juga mampu menekan angka potensi kehilangan produksi minyak (loss production opportunity/ LPO) hingga 40 persen.

"Dengan menerapkan digitalisasi dan didukung keunggulan fungsional dari sumber daya manusia pada setiap aspek operasional, Chevron menuai hasil dari prinsip big data is the new oil,” ujar Presiden Direktur CPI Albert Simanjuntak dalam keterangannya, Senin (12/4/2021).

Menurut dia, data memberikan nilai yang luar biasa ketika diolah menjadi informasi yang bermakna untuk membantu pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.

Alhasil, kendati tidak ada program pengeboran pada 2019 dan 2020, Chevron dengan digitalisasi tetap mampu melampaui target produksi tahunan dengan rekor potensi kehilangan produksi/LPO terendah.

Albert menjelaskan, penerapan digitalisasi di Chevron setidaknya memberikan 4 manfaat utama, yakni peningkatan kinerja keselamatan, penurun, optimalisasi kemampuan fasilitas produksi, dan peningkatan efisiensi.

"Digitalisasi di Chevron merupakan suatu perjalanan panjang dari pemanfaatan teknologi dan data untuk peningkatan kinerja bisnis," kata dia.

Pada tahun 1997, sekitar 50 sumur produksi pertama kali dipasang Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) dan terkoneksi ke dalam sistem IT. Pemasangan SCADA di sumur produksi terus ditingkatkan.

Sampai saat ini sudah lebih dari 4.000 sumur produksi yang terkoneksi sehingga pengumpulan data dan pemantauan sumur bisa dilakukan secara real time.

Pada tahun 2000, Chevron mulai menerapkan konsep data foundation, data architecture, dan gudang data (data warehouse) untuk mengelola dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber data.

Sumber data utama didapatkan dari aplikasi-aplikasi pengeboran, produksi, operasi, pemeliharaan, reservoir, geologi, dan lain-lain.

Dengan dasar yang kuat ini, pada 2016 Chevron pun meningkatkan pemanfaatan teknologi digital secara luas dan terintegrasi dengan membentuk Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) di Minas, Siak.

Fasilitas ini memanfaatkan big data untuk menjadi informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

Fasilitas ini ibarat sebuah kokpit pesawat.

Dari fasilitas itu, aktivitas ribuan sumur dan peralatan yang lokasinya tersebar dapat terus dipantau dan dioptimisasi.

Data yang dikumpulkan setiap hari di gudang data dapat dikorelasikan dengan data lain dan diubah menjadi informasi yang bermanfaat.

IODSC memanfaatkan transformasi digitalisasi dengan menyimpan pengetahuan dari para ahli dari berbagai bidang dan mengimplementasikannya sebagai factory automation untuk kinerja sumur dan peralatan.

Lewat pendekatan ini, pengetahuan para ahli yang jumlahnya terbatas dapat diterapkan ke semua area setiap hari secara teratur dan konsisten ke aliran data yang masuk.

Sehingga, kondisi sumur dan peralatan yang beroperasi tidak normal dapat segera diketahui.

Informasi tersebut lalu dikirimkan ke pengguna (user) berdasarkan prioritas perbaikan. Langkah cepat ini dapat mengurangi potensi kehilangan produksi minyak dan meningkatkan keandalan operasi.

“Menyimpan pengetahuan para ahli di perangkat digital memiliki manfaat tambahan untuk menjaga kesinambungan pengetahuan dari para ahli yang dibutuhkan untuk operasi, ketika para ahli yang berpengalaman harus pindah pekerjaan atau memasuki purna bakti,” tambah Chevron Digital Innovation Acceleration Advisor, Ivan Susanto.

Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) pun dimanfaatkan. Di antaranya untuk pengaturan jadwal perawatan ulang sumur secara otomatis dengan mempertimbangkan peluang produksi kerugian yang paling rendah, sehingga menghasilkan pergerakan rig yang lebih optimal dan efisien.

Selain itu, untuk identifikasi kinerja pompa yang sudah tidak optimal, analisa dan pengukuran aliran minyak agar produksi optimal, serta pemantauan jarak jauh dan saling terintegrasi untuk kondisi tekanan fluida di dalam sumur minyak.

"Pemanfaatan teknologi seperti ini sangat efisien sumber daya dan waktu jika dibandingkan dengan cara manual," kata Ivan.

Di sisi lain, data yang terekam juga dapat digunakan untuk menyusun prioritisasi pekerjaan kritikal dan perawatan sumur serta peralatan.

Salah satu contoh hasilnya, total siklus jadwal waktu rig perawatan rutin dan pengerjaan ulang sumur (workover) turun hingga lebih dari 30 persen sehingga biaya operasi lebih efisien.

Selain mendukung kegiatan produksi migas, Chevron juga menerapkan teknologi digital dalam pengamanan fasilitas pipa penyalur minyak mentah.

Perseroan memanfaatkan tekonolgi drone dan kecerdasan buatan untuk melakukan identifikasi dan segmentasi obyek di sekitar jalur pipa.

Bila ada indikasi kegiatan yang mencurigakan, drone dapat secara langsung (real time) mentransmisikan gambar dan mengirim pesan singkat ke tim terkait di internal Chevron.

Teknologi ini berhasil menekan angka pencurian minyak mentah (illegal tapping) di jalur-jalur pipa penyalur.

https://money.kompas.com/read/2021/04/12/194103026/terapkan-digitalisasi-operasi-chevron-hemat-rp-14-triliun-di-2020

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke