Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kesenjangan akibat Teknologi: Generasi Telegram Versus Generasi Instagram

Zoom meeting, webinar, kuliah Umum, ceramah, dan FGD kesemuanya menjadi sangat tergantung kepada jaringan internet di rumah.

Sebuah fenomena yang terjadi, efisiensi dalam penggunaan teknologi yang sebenarnya sudah tersedia akan tetapi jarang atau masih sedikit dimanfaatkan.

Covid-19 telah merubah itu semua, dan orang terpaksa menggunakan teknologi yang sudah tersedia untuk melakukan banyak kegiatan secara lebih efisien.

Sayangnya, kualitas jaringan yang ada belum cukup bagus untuk pelaksanaan itu semua. Masih banyak gangguan yang terjadi dan kerap kali menghambat jalannya diskusi yang interaktif.

Penyelenggaraan tatap muka ternyata memang masih lebih unggul sampai nanti bila kualitas jaringan internet sudah lebih baik kualitasnya . Itulah gambaran sepintas dari sebuah kemajuan teknologi yang tengah ber proses dan tengah merubah banyak aktifitas manusia dalam kegiatan sehari-hari.

Beberapa waktu lalu sebelum Covid melanda, ketika mengunjungi Mall di Jakarta Utara, saya dan isteri agak sedikit terkejut karena di salah satu lantai di berlakukan prosedur belanja yang tidak dapat menggunakan uang tunai. Beruntung, karena memang masih dalam masa transisi, ada satu counter penukaran uang tunai menggunakan salah satu software yang tersedia di Hp.

Demikian pula, pembayaran parkir di sebagian besar perkantoran dan shopping mall di Jakarta kini sudah tidak bisa lagi menggunakan uang tunai. Fenomena ini memang menunjukan sebuah trend menuju masyarakat yang “Less Cash society” atau bahkan “cashless society” .

Berbelanja, parkir, membeli tiket, cukup menggunakan HP. Sebuah tren yang merupakan ujud dari peradaban yang sangat mengandalkan kemajuan teknologi mutakhir, menuju tata kehidupan sehari hari menjadi lebih praktis dan efisien.

Begitu cepatnya kemajuan teknologi telah membuat sebagian orang kedodoran tertinggal atau ketingalan jaman. Sebuah kecenderungan yang akan merubah gaya hidup keseharian masyarakat luas. Salah satu teman saya adalah seorang yang tidak mau terlihat ketinggalan zaman dalam penampilannya.

Pada setiap peluncuran HP baru, dia selalu mengganti HP-nya dengan yang baru. Sayangnya keterampilan kawan saya itu dalam menggunakan HP baru, menjadi sulit dan bahkan menjadi tidak seiring dengan kemajuan teknologi HP yang dimilikinya.

Namun demikian dia cukup terampil dalam menyesuaikan diri untuk menggunakan HP model terbaru sebatas untuk ber “telepon” ria. Jangan tanya WA, bahkan SMS ketika itu saja dia tidak bisa, apalagi berbicara tentang Instagram, hahaha.

Belakangan ini di tengah derasnya komunikasi menggunakan WA plus WA Group, sahabat saya itu menjadi semakin kewalahan karena harus bergantung kepada anak dan atau cucunya, dalam berburu informasi agar tidak ketinggalan.

Sahabat saya yang lain, lebih parah lagi karena dia tidak mau menggunakan HP karena dinilai “ribet”. Ribet dengan mekanisme aneka prosedur keamanan. Seperti misalnya penggunaan password dan lain lain. Yang terjadi adalah , dia kemudian menjadi sangat tergantung kepada isteri, anak dan atau sekretarisnya.

Pada satu sisi tentu saja dia menjadi tidak tergantung dengan HP, akan tetapi pada sisi yang jauh lebih penting dia menjadi terbelengu dengan ketergantungan kepada orang lain. Pada posisi dan kondisi tertentu dia bahkan dapat dikatakan "terisolasi”, terpencil dalam kesendirian.

Faktor usia adalah sangat dominan dalam penyesuaian diri menggunakan HP atau gadget lainnya yang berhubungan dengan komunikasi menggunakan sarana social media.

Generation gap telah muncul di permukaan dalam wujudnya yang menjadi lebih nyata, sebuah tantangan berat bagi generasi jaman “colonial” dalam proses penyesuaian diri dengan generasi “milineal”.

Sebuah kesenjangan yang dimulai dari pengguna mesin ketik dengan pengguna komputer, berlanjut dengan generasi pengguna surat pos dan pos wessel dengan pengguna email dan internet banking.

Belakangan ini kesenjangan menjadi semakin melebar yaitu kesenjangan yang terjadi antara generasi pengguna “telegram” versus generasi pengguna “instagram”.

Lebih dramatis lagi bisa dikatakan saya sendiri adalah generasi yang mewakili pengguna sabak dan gerip untuk tulis menulis yang kini dipaksa untuk berhadapan dengan realita dari munculnya generasi pengguna laptop dan iPad. Gadget sebagai salah satu produk teknologi mutakhir telah memperlebar kesenjangan antar generasi.

https://money.kompas.com/read/2021/04/22/113900326/kesenjangan-akibat-teknologi--generasi-telegram-versus-generasi-instagram

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke