Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO: Butuh Dana Rp 110 Triliun untuk Bantu Negara Miskin Lawan Varian Delta

Angka itu setara dengan Rp 110,1 triliun (kurs Rp 13.000/dollar AS). Dana tersebut untuk menyediakan vaksin Covid-19, oksigen, dan perawatan medis.

Asisten Direktur Jenderal WHO untuk akses obat-obatan dan vaksin, Dr. Mariangela Simao mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk program Access to Covid-19 Tools Accelerator WHO, yang mengirimkan pasokan medis penting ke seluruh dunia untuk memerangi Covid-19.

Dana pun diperlukan untuk menutupi sebagian kekurangan, atau sekitar 16,8 miliar dollar AS, yang menghambat kemampuan WHO untuk memerangi pandemi di negara-negara berkembang yang memiliki sedikit akses ke vaksin.

“Selain masalah moral — orang tidak boleh mati jika teknologinya tersedia di tempat lain — Anda tahu, teknologi harus membantu umat manusia secara keseluruhan,” kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk akses obat-obatan dan vaksin, Dr. Mariangela Simao mengutip CNBC, Rabu (11/8/2021).

WHO sendiri telah menetapkan tujuan untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi global pada akhir September 2021, kemudian meningkat menjadi 40 persen pada akhir tahun. Lalu pada pertengahan 2022, setidaknya 70 persen populasi global sudah mendapat vaksin.

Sayangnya, beberapa negara di seluruh dunia belum memulai kampanye vaksinasi, utamanya negara-negara miskin yang belum memperoleh akses vaksin. Sedangkan negara-negara kaya seperti AS dan Israel, telah memvaksinasi lebih dari setengah populasi penduduk.

Penasehat Senior Direktur Jenderal WHO, Dr. Bruce Aylward mengungkap, penduduk di negara-negara miskin bahkan tidak bisa mengakses tes Covid-19.

Alhasil, penduduk tidak mempunyai cukup bukti bahwa demam yang mereka rasakan berasal dari Covid-19 atau penyakit lain seperti malaria, TBC, pneumonia, dan HIV.

Untuk itu selain untuk akses vaksin, dana fantastis tersebut pun bakal mencakup pengujian Covid-19, penyediaan oksigen untuk perawatan pasien, dan pengadaan masker.

"Negara-negara kaya telah menghabiskan triliunan dolar untuk mengurangi dampak pandemi," beber dia.

Sebetulnya WHO sempat mengatakan, dana 7,7 miliar dollar AS ini dibutuhkan untuk membeli vaksin Covid-19 dan menjalankan Akselerator ACT, Saat itu, WHO membutuhkan tambahan 3,8 miliar dollar AS untuk membeli 760 juta dosis vaksin Covid-19 dan dikirimkan tahun depan.

“Ini adalah momen yang menentukan di zaman kita. Kita perlu membantu negara-negara bergerak lebih bersama. Jika tidak, kita akan hidup dengan virus ini lebih lama dari yang kita butuhkan," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2021/08/11/113100926/who--butuh-dana-rp-110-triliun-untuk-bantu-negara-miskin-lawan-varian-delta

Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke