Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Transisi ke Energi Bersih, Indonesia Bisa Belajar dari Norwegia

Adanya fluktuasi harga bahan bakar fosil juga membuat banyak investor melihat aset-aset energi fosil di pasca pandemi dengan tingkat kehati-hatian yang lebih besar. Mereka mungkin juga sekarang menganggap aset energi terbarukan lebih baik, meskipun masa pandemi lalu sempat memperlihatkan ‘reality check’ pada kehandalan dan keterjangkauan energi terbarukan.

Pada sisi lain, pandemi membawa krisis ekonomi yang menghambat investasi sumber energi terbarukan di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.

Trilema energi

Tantangan tersebut di atas cukup menggambarkan kompleksitas trilemma energi yang terdiri atas tiga komponen, yaitu green energy (keberlanjutan dan ramah lingkungan), reliability (kehandalan pasokan), dan affordability (keterjangkauan harga energi).

Mengapa disebut trilemma? Karena jika kita ingin 100 persen green, sayangnya sebagian besar produk green energy untuk kebutuhan massal masih memerlukan biaya tinggi dan kehandalan kesinambungan pasokannya masih dipertanyakan. Di sisi lain, jika kita hanya menginginkan energi yang murah (100 persen terjangkau), berarti kita berpotensi terjebak untuk menggunakan kembali energi yang tidak ramah lingkungan.

Oleh karenanya kita perlu menemukan keseimbangan dalam bauran energi. Jadi, alih-alih memberlakukan pembatasan atau larangan terhadap negara-negara yang masih menggunakan energi fosil, negara-negara maju seharusnya mendukung secara finansial dan teknologi negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah dalam menghapus energi fosil mereka secara bertahap.

Dengan demikian, dunia dapat menyelaraskan dalam menemukan bauran energi yang optimal untuk mencapai keseimbangan antara green/environmental sustainability, reliability, dan affordability.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, permintaan energi global akan meningkat sekitar 18 persen tahun 2030, dan sektor migas masih menyumbang lebih dari 50 persen dari total bauran energi. Angka ini bahkan belum memperhitungkan dampak perang atau konflik geopolitik yang terjadi sekarang maupun di masa depan yang dapat memperlambat pengembangan energi terbarukan.

Indonesia menargetkan pertumbuhan energi terbarukan mencapai 31 persen dari total bauran energi pada 2050 dan masih akan dominan mengandalkan energi fosil (sekitar 44 persen untuk minyak dan gas, dan 25 persen untuk batubara). Oleh karena itu, sementara Indonesia sedang membangun dan meningkatkan kapasitas sumber energi alternatifnya, peningkatan produksi minyak nasional tetap penting untuk mengamankan permintaan energi nasional, mengisi kesenjangan di masa transisi energi ini.

Norwegia sebagai salah satu negara maju yang rajin mengkampanyekan upaya-upaya pengurangan emisi karbon dan pemanfaatan energi terbarukan pun tetap tidak mengendorkan aktivitas sektor migasnya.

Indonesia memiliki sejarah produksi migas yang sangat panjang. Penemuan minyak pertama terjadi tahun 1883, di Telaga Tunggal - Sumatera Utara, yang mengarah pada pembentukan Royal Dutch Shell tahun 1890. Kegiatan eksplorasi dilanjutkan di seluruh kepulauan Indonesia seperti: Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Timur dan Papua.

Tahun 1930-an, ditemukan ladang Minas di Riau yang merupakan ladang minyak raksasa pertama di Indonesia. Bersamaan dengan penemuan-penemuan selanjutnya di lapangan Duri, Offshore North West Java (ONWJ) dan Offshore South East Sumatra (SES), mereka menjadi penyumbang utama produksi minyak nasional hingga akhir 1990-an.

Sejak tahun 1970-an, Indonesia juga menjadi salah satu pemimpin dunia dalam ekspor gas alam setelah ditemukannya lapangan gas besar di Arun (Aceh), Mahakam (Kalimantan Timur) dan lapangan Tangguh (Papua Barat).

Perkiraan potensi sumber daya hidrokarbon di Indonesia adalah 9,808 miliar standar barrel minyak dan 92 triliun standar kaki kubik gas yang tersebar di 24 cekungan. Namun, cadangan minyak terbukti hanya 2,5 miliar standar barrel minyak dan 50 triliun standar kaki kubik gas dari 18 cekungan yang dieksplorasi (SKK Migas, 2020).

Indonesia merupakan pelopor penerapan Production Sharing Contract (PSC) pada tahun 1966. Konsep PSC kemudian banyak diadaptasi oleh banyak negara lain di dunia. Konsep tersebut mempertahankan kedaulatan nasional atas sumber daya migas.

Perusahaan PSC bertindak sebagai “kontraktor” menanggung risiko eksplorasi tetapi dapat memperoleh kembali biaya eksplorasi dan pengembangan mereka dari bagian produksi jika mereka membuat penemuan komersial dan memulai produksi.

Produksi minyak nasional mencapai puncaknya yang pertama tahun 1978, melampaui 1,6 juta barrel minyak per hari, disusul puncak kedua tahun 1996 dengan 1,5 juta barrel minyak per hari. Sejak itu, produksi minyak turun 10-12 persen per tahun dan sampai negara ini menjadi pengimpor minyak bersih tahun 2004.

Bahkan dengan pengembangan lapangan baru-baru ini menjadi onstream, produksi masih menurun sekitar 3-5 persen per tahun (SKK Migas, 2020).

Pendapatan dari sektor minyak bumi telah menjadi sumber utama transformasi ekonomi di Indonesia hingga akhir 1990-an. Dengan harapan menjadi ekonomi terbesar ketujuh di dunia tahun 2030, kebutuhan energi Indonesia akan terus meningkat selama beberapa dekade mendatang.

Belajar dari Norwegia

Norwegia adalah negara migas yang relatif muda, tetapi berkembang pesat. Dimulai dengan penemuan lapangan raksasa Ekofisk tahun 1969 yang mulai beroperasi tahun 1971. Sejak tahun 1971, minyak dan gas telah diproduksi dari total 115 lapangan di lepas pantai laut Norwegia.

Hingga akhir tahun 2020, telah 90 lapangan berproduksi: 67 di Laut Utara, 21 di Laut Norwegia dan 2 di Laut Barents. Banyak ladang produksi yang menua, tetapi beberapa di antaranya masih memiliki sisa cadangan yang cukup besar.

Selain itu, cadangan migasnya terus meningkat ketika eksplorasi dan pengembangan lapangan di daerah-daerah yang dekat dengan infrastruktur yang sudah ada semakin digalakkan. Pada 2020, Norwegia memproduksi 3,9 juta barrel ekuivalen minyak per hari.

Pendapatan dari sektor migas mereka langsung disimpan ke dalam tabungan kekayaan negara (‘Oil Fund’) yang sebagian dikelola sebagai dana investasi di berbagai bidang dan di berbagai negara. Nilai pasar dana ini sekarang mencapai Rp 18.534 triliun (NBIM, 2022).

Dana tersebut dibentuk untuk melindungi ekonomi negara dari naik turunnya pendapatan minyak. Ini juga merupakan tabungan jangka panjang Norwegia untuk memberi manfaat baik bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dengan kesadaran bahwa dana yang mereka dapat tersebut diperoleh dari sumber kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui, oleh karenanya, mereka harus menyimpan dan menyisihkan kekayaan tersebut untuk generasi yang akan datang. Berdasarkan konsensus politik di sana, pemerintah hanya diperbolehkan membelanjakan bunga investasinya saja yang rata-rata maksimal sekitar 3 persen per tahun.

Kombinasi kondisi laut yang keras dan regulasi keselamatan kerja serta lindungan lingkungan yang sangat ketat membuat eksploitasi migas di lepas pantai Norwegia sering dianggap membutuhkan biaya tinggi. Namun seiring waktu, kami mengamati bahwa biaya tinggi tersebut dalam jangka panjang menghasilkan produksi yang lebih berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi.

Namun, ini bukan tanpa tantangan. Tahun 2015 ketika harga minyak berada di sekitar 50 dolar AS/barel, perusahaan-perusahaan minyak di Norwegia harus menurunkan biaya impas rata-rata mereka untuk proyek baru dari 70 dolar/ barel menjadi 40 dolar/barel. Sejak itu, standarisasi, penyederhanaan persyaratan dan kolaborasi menjadi tema utama dalam industri perminyakan Norwegia untuk menjadi lebih efisien.

Indonesia telah menjadi net-importir minyak sejak tahun 2004 karena pertumbuhan kebutuhan dalam negeri melebihi kapasitas produksi minyaknya. Dengan banyaknya lapangan yang memasuki fase tua dan ditambah dengan tantangan lainnya, produksi minyak nasional dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan dari 945 ribu barel minyak per hari menjadi 745 ribu barel minyak per hari dengan laju penurunan 3-5 persen per tahun.

Dengan demikian, kontribusi sektor migas terhadap penerimaan negara juga menunjukkan penurunan dari 21 persen pada 2010 menjadi hanya 9,2 persen pada 2019. Namun, produksi migas tetap penting secara strategis bagi perekonomian nasional. Sektor migas tetap memegang peranan penting untuk penciptaan nilai tambah ekonomi masyarakat, pembangkit listrik, transportasi, dan industri karena sebagian besar infrastruktur di kepulauan Nusantara masih berbasis energi fosil.

Jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi, negara akan sepenuhnya bergantung pada impor minyak mentah, yang dapat mengancam ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, merupakan kepentingan besar bangsa untuk meningkatkan produksi minyak, sehingga dapat meminimalkan kesenjangan defisit antara ekspor dan impor.

Usulan strategi

Beberapa strategi kunci berikut ini dapat dipertimbangkan untuk mencapai target ambisius itu. Strategi-strategi tersebut kami himpun dari pengalaman dan pengamatan para profesional migas Indonesia yang bekerja di Norwegia.

Gambar 2 (di bawah) menunjukkan blok diagram yang diusulkan dari strategi utama untuk mencapai target produksi minyak Indonesia sebesar 1 juta barel minyak per hari pada tahun 2030, yang terdiri atas:

Landasan dari strategi tersebut haruslah berupa adanya kepastian hukum dan birokrasi yang efektif & proaktif. Di atas semua itu, penting juga untuk menekankan keterlibatan awal K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan) pada setiap proyek pengembangan lapangan sebagai bagian dari solusi.

Seiring ambisi pertumbuhan ekonomi Indonesia, kebutuhan energi nasional akan terus meningkat. Maka upaya-upaya strategis untuk meningkatkan produksi migas nasional tetap sangat penting. Bukan untuk bersaing atau mematikan perkembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan, namun untuk saling melengkapi, dan sebagai jembatan untuk meminimalkan resiko menuju transisi energi yang dicita-citakan.

Sektor migas masih diperlukan untuk menyediakan energi yang terjangkau dan handal yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang adil bagi negara-negara berkembang sampai tiba waktunya ketika kehandalan dan kesinambungan produksi energi terbarukan dapat mengambil alih.

* Tulisan ini berdasarkan hasil diskusi dengan sejumlah anggota IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia) Komisariat Norwegia. 

https://money.kompas.com/read/2022/08/23/063000226/transisi-ke-energi-bersih-indonesia-bisa-belajar-dari-norwegia

Terkini Lainnya

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Whats New
[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

Whats New
Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Whats New
3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

Whats New
Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Whats New
10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

Spend Smart
Cara Transfer Pulsa Telkomsel dan Biayanya

Cara Transfer Pulsa Telkomsel dan Biayanya

Spend Smart
Pertamina Tegaskan Tetap Salurkan Pertalite kepada Masyarakat

Pertamina Tegaskan Tetap Salurkan Pertalite kepada Masyarakat

Whats New
Jumlah Kantor Cabang Bank Menyusut pada Awal 2024

Jumlah Kantor Cabang Bank Menyusut pada Awal 2024

Whats New
Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Whats New
Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Earn Smart
Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Earn Smart
Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke