Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

The Fed Naikkan Suku Bunga, Apa Dampaknya ke Aset Kripto?

Dalam pernyataan The Fed, langkah menaikkan suku bunga acuan oleh bank sentral dilakukan untuk menekan inflasi, dan harapannya, dapat mengurangi jumlah uang beredar juga menekan harga komoditas agar tidak semakin meroket.

Praktisi Perbankan Abiwodo mengungkapkan, dengan kisaran suku bunga acuan The Fed mencapai 3,75 hingga 4 persen, dapat membebani suku bunga kredit. Dia bilang, suku bunga yang semakin tinggi berdampak pada penurunan investor.

“Nilai investasi cenderung turun dan perputaran ekonomi melemah. Tapi sebaliknya, bunga perbankan yang tinggi itu bisa mendorong orang untuk menyimpan uangnya di bank, dan itulah yang terjadi beberapa hari ini,” kata Abiwodo dalam keterangannya kepada Kompas.com, Senin (7/11/2022).

Abiwodo mengungkapkan, agresivitas bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuan memicu pelaku pasar atau investor untuk mencari safe haven, ahasil, dollar AS menguat terhadap seluruh mata uang.

Abiwodo menjelaskan, yang sedang terjadi saat ini adalah penguatan dollar AS, yang mendorong pelemahan hampir semua mata uang negara utama, dan juga sebagian besar mata uang emerging market (negara berkembang), termasuk pasar kripto.

Meski tidak dikendalikan oleh otoritas pusat, aset kripto sempat dinilai sebagai investasi yang menguntungkan, tak ubahnya seperti emas. Sayangnya, saat ini pasar kripto ikut melemah, dimana kapitalisasi pasar kripto sempat turun 1,82 persen menjadi 998,19 miliar dollar AS.

Hal ini terjadi karena saat The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan, investor mulai menjauhi aset berisiko, termasuk investasi pada aset kripto.

“Melemahnya pasar kripto ini menjadi momentum bagi bank sentral untuk menegaskan kembali soal risiko fluktuasi uang kripto. Pada saat yang sama, bank sentral tidak menutup mata dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, dengan menerbitkan mata uang virtualnya sendiri,” lanjut dia.


Bank sentral pertimbangkan mata uang versi digital

Sebagai informasi, beberapa bank sentral, termasuk The Fed, Bank of England, dan Bank Sentral Eropa, sedang mempelajari potensi dari versi digital mata uang mereka, yang disebut Central Bank Digital Currency (CBDC).

Pun demikian dengan Bank Indonesia (BI), yang punya rencana menerbitkan CBDC-nya atau Rupiah digital. Konsep Rupiah digital berbeda dengan uang elektronik yang saat ini sudah digunakan oleh masyarakat. Jenis uang ini lebih mendekati konsep mata uang kripto, hanya saja ketentuan nilai mata uangnya tetap mengikuti nilai Rupiah konvensional.

Jadi, stabilitas nilai mata uang digital ini diharapkan akan jauh lebih baik ketimbang jenis uang digital, seperti Bitcoin maupun jenis kripto lainnya. Rencananya proporsi penerbitan rupiah digital adalah 20 persen dari edaran uang di pasar.

Proporsi tersebut ditetapkan agar tidak menambah persebaran uang. Dengan begitu, kemungkinan inflasi bisa diminimalisir. Kabarnya BI akan merilis panduan atau white paper penerbitan Rupiah digital ini pada akhir 2022.

Menurut dia, rencana ini tampaknya akan memakan waktu yang cukup panjang. Hal ini mengingat teknologi blockchain di balik kripto juga harus tersedia untuk CBDC dan juga harus dapat diadopsi oleh pemerintah.

“Tapi, penerapannya masih membutuhkan kajian lebih lanjut, termasuk penguatan literasi digital masyarakat. Setidaknya rencana ini bisa menjawab kekhawatiran khalayak tentang teknologi,” tegasnya.

https://money.kompas.com/read/2022/11/07/162410026/the-fed-naikkan-suku-bunga-apa-dampaknya-ke-aset-kripto

Terkini Lainnya

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke