JAKARTA, KOMPAS.com - Media sosial belakangan ramai membicarakan rangkaian cuitan terkait pengalaman kerja netizen yang kerap dipotong gajinya. Dalam cuitan itu disebutkan, pemotongan gaji dilakukan oleh atasan dengan alasan keterlambatan hingga tidak merespons WhatsApp.
Lantas, apakah sebenarnya diperbolehkan atasan melakukan pemotongan gaji secara sepihak?
Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada Tadjuddin Noer Effendi mengatakan, pemotongan gaji secara sepihak tidak boleh dilakukan oleh perusahaan. Sebab, gaji merupakan hak dari karyawan perusahaan.
"Pemotongan gaji pekerja oleh pemberi kerja baik oleh perusahaan atau pun per seorang tidak diperbolehkan. Apa pun alasannya," kata dia, kepada Kompas.com, Selasa (24/1/2023).
Lebih lanjut Ia bilang, pemotongan gaji baru boleh dilakukan perusahaan apabila telah terdapat kesepakatan dengan karyawan. Perjanjian tersebut biasanya tertuang dalam kontrak kerja karyawan.
"Contoh bila tidak masuk kerja tanpa alasan karena sakit tanpa ada surat keterangan dokter, kemudian dipotong sesuai dengan kesepakatan itu tentu boleh," ujarnya.
Tadjuddin menyebutkan, di Indonesia sendiri memang tidak terdapat aturan khusus yang mengatur terkait pemotongan gaji karyawan. Akan tetapi, hal itu bisa dilakukan dengan perjanjian bersama.
Namun apabila karyawan dan perusahaan tidak memiliki kesepakatan sebelumnya, maka pemotongan gaji tidak boleh dilakukan. Sebab, keputusan pemotongan gaji secara sepihak merugikan karyawan.
"Dia kan bekerja ada tanggung jawab dan hak. Dia memiliki tanggung jawab bekerja dan hak untuk mendapatkan gaji," ucap dia.
https://money.kompas.com/read/2023/01/24/131500626/ramai-soal-atasan-potong-gaji-karyawan-semena-mena-pengamat--tidak