Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penguatan Konektivitas Pembayaran Regional di ASEAN

Inisiatif ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada dollar AS dan mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas batas antarnegara anggota ASEAN.

RPC dan LCT adalah komponen penting dari tujuan ASEAN untuk mencapai integrasi dan konektivitas ekonomi yang lebih besar di antara negara-negara anggotanya.

Dengan populasi lebih dari 670 juta jiwa dan PDB gabungan lebih dari 3 triliun dollar AS, ASEAN memiliki potensi untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi global.

Namun, kawasan ini masih menghadapi tantangan seperti integrasi keuangan yang terbatas, biaya transaksi yang tinggi, dan pembangunan tidak merata antarnegara anggota.

RPC dan LCT dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan memfasilitasi pembayaran lintas negara secara efisien sekaligus ikut mempromosikan mata uang lokal serta mendorong inklusi dan digitalisasi keuangan.

RPC dan LCT pertama kali diperkenalkan dalam Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025, yang menjabarkan agenda integrasi ekonomi kawasan.

Cetak Biru MEA 2025 menetapkan target 70 persen perdagangan intra-ASEAN akan diselesaikan dalam mata uang lokal pada 2025.

Untuk mencapai target ini, negara-negara anggota ASEAN telah menerapkan berbagai langkah seperti pembentukan direct clearing arrangement, promosi electronic payment, dan peningkatan infrastruktur pembayaran lintas negara.

Kemajuan telah dicapai di beberapa bidang, tetapi masih ada tantangan, terutama dalam hal harmonisasi peraturan dan penerapan pembayaran digital di antara konsumen dan bisnis.

Manfaat RPC dan LCT

Salah satu manfaat utama RPC dan LCT adalah memfasilitasi pembayaran lintas negara dan mempromosikan perdagangan antarnegara anggota ASEAN.

Dengan sistem pembayaran dan penyelesaian yang lebih baik, perusahaan dan masyarakat dapat melakukan transaksi dengan lebih mudah dan efisien, tanpa perlu bergantung pada dollar AS atau mata uang asing lainnya.

Hal ini dapat membantu mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan daya saing, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang sering menghadapi kesulitan dalam mengakses keuangan dan sumber daya.

RPC dan LCT juga dapat membantu mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi bagi bisnis dan konsumen.

Dengan menggunakan mata uang lokal, para pihak dapat menghindari biaya konversi valuta asing dan biaya lainnya yang terkait dengan transaksi lintas negara.

Selain itu, peningkatan infrastruktur pembayaran dapat memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan lebih aman, sehingga mengurangi risiko penipuan dan kesalahan.

Dengan mempromosikan mata uang lokal, RPC dan LCT dapat membantu mengurangi ketergantungan pada dollar AS dan mata uang asing lainnya, mengurangi paparan volatilitas nilai tukar dan guncangan eksternal.

Hal ini dapat meningkatkan stabilitas dan ketahanan ekonomi ASEAN, terutama di saat ketidakpastian keuangan global.

RPC dan LCT juga dapat mempromosikan inklusi dan digitalisasi keuangan, dengan meningkatkan akses ke layanan perbankan dan pembayaran di antara populasi yang tidak memiliki akses perbankan dan kurang terlayani.

Dengan memanfaatkan teknologi pembayaran seluler dan digital, RPC dan LCT dapat membantu memperluas layanan keuangan ke daerah terpencil atau pedesaan, di mana layanan perbankan tradisional mungkin langka.

Tantangan dan keterbatasan

Salah satu tantangan utama penerapan RPC dan LCT adalah resistensi dari beberapa pemangku kepentingan, terutama di sektor perbankan dan keuangan.

Para pemangku kepentingan ini mungkin ragu untuk mendukung mata uang lokal atau sistem pembayaran digital, karena kekhawatiran tentang profitabilitas, keamanan, dan kepatuhan terhadap peraturan.

Hal ini dapat membatasi adopsi RPC dan LCT serta memperlambat kemajuan menuju integrasi keuangan yang lebih besar.

Tantangan lainnya adalah perlunya harmonisasi peraturan dan standar di seluruh negara anggota ASEAN. Kerangka hukum dan kebijakan yang berbeda dapat menciptakan hambatan untuk pembayaran lintas batas dan meningkatkan biaya kepatuhan untuk bisnis.

Upaya harmonisasi terus dilakukan, namun masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa RPC dan LCT dapat dilaksanakan dengan lancar dan efisien.

Inisiatif RPC dan LCT belum diadopsi secara seragam di seluruh negara anggota ASEAN, dengan beberapa negara lebih maju dari yang lain.

Cakupan dan adopsi yang terbatas dapat menciptakan kesenjangan dalam akses ke layanan keuangan dan menghambat kemajuan menuju integrasi ekonomi yang lebih besar.

Upaya sedang dilakukan untuk mempromosikan adopsi yang lebih luas, tetapi masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua negara anggota dapat memperoleh manfaat dari RPC dan LCT.

Terakhir, ada masalah keamanan dan privasi terkait penggunaan pembayaran digital dan berbagi data.

Kekhawatiran ini dapat mengikis kepercayaan konsumen pada sistem pembayaran digital dan membatasi adopsi RPC dan LCT.

Diperlukan upaya untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan dan perlindungan privasi yang memadai tersedia, dan bahwa konsumen dan bisnis mengetahui hak dan tanggung jawab mereka.

Peluang dan arah masa depan

Ke depan, ada peluang untuk memperluas RPC dan LCT di luar ASEAN dan ke mata uang lainnya. Misalnya, ASEAN dapat bekerja sama dengan blok regional lainnya seperti Uni Eropa, Uni Afrika, atau Komunitas Amerika Latin dan Karibia (CELAC) untuk mempromosikan konektivitas pembayaran regional dan transaksi mata uang lokal.

Hal ini dapat membantu memperdalam hubungan ekonomi dan meningkatkan perdagangan antarkawasan.

RPC dan LCT juga dapat diintegrasikan dengan inisiatif ASEAN lainnya seperti ASEAN Single Window (ASW), yang bertujuan memfasilitasi perdagangan dengan merampingkan prosedur kepabeanan dan mengurangi biaya transaksi.

Dengan menghubungkan RPC dan LCT dengan ASW, bisnis dapat memperoleh manfaat dari ekosistem perdagangan yang mulus dan terintegrasi yang mendorong efisiensi dan daya saing.

Sektor swasta dan perusahaan fintech dapat memainkan peran penting dalam mendukung inisiatif RPC dan LCT, dengan menyediakan solusi dan teknologi inovatif yang dapat meningkatkan sistem pembayaran dan settlements.

Negara-negara anggota ASEAN dapat berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan ini untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang memenuhi kebutuhan bisnis dan konsumen.

Akhirnya, teknologi baru seperti blockchain dan kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan RPC dan LCT.

Teknologi blockchain, misalnya, dapat memungkinkan pembayaran lintas batas yang aman dan transparan. Sementara AI dapat membantu meningkatkan analisis risiko dan deteksi penipuan.

Dengan merangkul teknologi ini, negara-negara anggota ASEAN dapat tetap menjadi yang terdepan dan menciptakan ekosistem keuangan yang lebih kuat dan efisien.

Kesimpulannya, inisiatif RPC dan LCT memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan terhadap ekonomi ASEAN yang lebih kuat dan mandiri.

Inisiatif ini dapat membantu menjembatani kesenjangan ekonomi di antara negara anggota ASEAN dan mendorong konektivitas regional yang lebih besar.

Namun, tantangan seperti penolakan dari pemangku kepentingan, harmonisasi peraturan, adopsi yang terbatas, dan masalah keamanan perlu diatasi untuk mewujudkan potensi penuh RPC dan LCT.

Oleh karena itu, komitmen dan kerja sama yang berkelanjutan di antara negara-negara anggota ASEAN, serta lebih banyak investasi dan inovasi dalam infrastruktur digital dan layanan keuangan, sangat penting untuk keberhasilan RPC dan LCT.

https://money.kompas.com/read/2023/05/16/120841326/penguatan-konektivitas-pembayaran-regional-di-asean

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke