Dia bilang, tidak adanya literasi digital dalam literasi keuangan akan menjadi persoalan serius kedepannya.
“Literasi digital menjadi sangat penting, disamping literasi keuangan. Kalau kita bisa menguasai literasi digital dan bahasa keuangan, kita bisa menguasai uang, karena literasi digital itu adalah kemmpuan kita membaca dunia digital,” kata Rhenald di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Pentingnya literasi kuangan dan literasi digital erat kaitannya dengan uncertainty atau ketidakpastian yang dihadapi saat ini. Dia bilang, anak-anak muda saat ini dihadapkan pada ketidakpastian dan cenderung mudah menjadi mangsa para predator keuangan.
“Wealth wisdom menjadi sangat penting bagi setiap generasi dalam menghadapi persoalan yang tidak sama. Tahun ini kita menyaksikan anak muda menghadapi ketidakpastian, dan kalau dia tidak menguasai bahasa kuangan dan digital, itu akan menjadi mangsa para predator keuangan,” jelasnya.
Dalam pengamatannya, pertemuan antara orang yang memiliki uang dan pengalaman akan menjadi pertukaran.
Dia menceritakan, hal tersebut banyak dialami oleh orang-orang dengan usai 40 - 50 tahun di Australia yang menjadi korban scam dari pria-pria di media sosial yang mengaku pilot, dokter, dan berbagai profesi yang mentereng.
“Ternyata orang-orang yang ditemui di sosial media itu dari Nigeria, mereka (orang Australia) melakukan transfer sampai ratusan ribu dollar AS kesana. Dari situ, terlihat ternyata orang yang pengalaman dan mendapatkan uang bisa saling bertukar,” ujar dia.
“Orang yang berpengalaman ini bisa mendapatkan uang, dan orang yang punya uang akan mendapatkan pengalaman, tertipu,” lanjutnya.
Rhenald mengingatkan, setiap kali melihat peluang, tentu saja ada risiko dibaliknya. Melalui penguasaan bahasa keuangan, tentunya seseorang akan sulit dikalahkan oleh para predator keuangan.
“Tiap kali kita lihat peluang, tentu itu ada risikonya. Bahasa keuangan itu digunakan dan dikuasai oleh penjahat, dan kalau kita tidak kuasai itu, kita bisa kalah (dan tertipu),” jelas dia.
Dia juga menyoroti bahwa tindakan penipuan juga cenderung dilakukan oleh orang-orang yang tidak benar-benar kaya. Dia bilang, orang yang benar-benar kaya cenderung menjauh dari aksi flexing atau pamer.
“Pamer kekayaan itu bertentangan dengan prinsip kekayaan, dan sebetulnya itu adalah penipuan. Kalau kita kaya, kita pasti bisik-bisik, kita tidak pamer-pamer. Tapi kalau miskin, justru teriak-teriak dengan pakaian hebat, tapi sebenarnya mengincar uang orang lain,” ujar dia.
https://money.kompas.com/read/2023/10/02/204000926/rhenald-kasali--literasi-digital-dan-bahasa-keuangan-jadi-kunci-kuasai-uang