Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengakar Kuat ke Dalam, Menjulang Tinggi ke Luar

Di lantai 3 gedung yang dibangun pada 1938 itu, lebih dari 20 awak media sudah duduk dan menunggu kehadiran pria bernama Henoch Munandar tersebut, Direktur Utama Bank BTPN.

"Ini gedung yang unik. Kami sangat beruntung memiliki salah satu gedung art deco di Kota Bandung ini," ujarnya sembari tersenyum.

Sejak beberapa tahun silam, gedung yang kerap disebut Vila Tiga Warna tersebut sudah jadi salah satu kantor cabang Bank BTPN. Bahkan BTPN merestorasi gedung yang dibangun oleh arsitek asal Belanda Albert Frederik Aalbers itu.

Berkat restorasi salah satu cagar budaya itu, BTPN mendapatkan penghargaan UNESCO Asia Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation kategori Honourable Mention.

"Hal itu (restorasi) meningkatkan nilai tambah dan kenyamanan gedung ini," kata Henoch.

Akar kuat

BTPN dan Bandung memang tak bisa dipisahkan. Keduanya punya keterikatan historis yang kuat.

Di Kota Kembang itu, 65 tahun silam, atau tepatnya 5 Februari 1958, BTPN didirikan oleh para pensiunan jenderal dengan nama Bank Pegawai Pensiunan Militer (Bapemil) di Bandung.

Bank tersebut lahir berkat kesadaran akan pentingnya kesejahteraan bagi pensiunan. Oleh karena itu, bank tersebut dibangun bertujuan untuk membantu perekonomian para pensiunan.

Semangat menyejahterakan pensiunan yang sudah mengakar kuat itu tetap dipertahankan.

Henoch memastikan, meski BTPN melakukan berbagai upaya digitalisasi seiring berkembangnya zaman, pihaknya tak akan "meninggalkan" para nasabah pensiunan.

Rencananya, BTPN akan meluncurkan layanan digital yang pensiunan friendly. Dengan begitu, layanan digitalisasi perbankan bisa diakses dengan mudah oleh para pensiunan.

Perkembangan pesat digitalisasi perbankan tanpa disertai upaya meningkatkan literasi keuangan dan literasi digital, bisa membuat para pensiunan semakin sulit mengakses layanan perbankan.

"Tidak akan kami tinggalkan nasabah pensiunan ini," ucap Henoch.

Menjulang tinggi

Meski punya akar yang kuat di bisnis segmen pensiunan, namun BTPN tak menutup mata berkembang lewat segmen-segmen lain yang punya prospek cerah ke depan.

Hal itu dilakukan BTPN sejak 2008 dengan menggarap segmen bisnis mikro lewat Mitra Usaha Rakyat BTPN. Setahun berselang, BTPN meluncurkan BTPN Sinaya untuk kepentingan pendanaan untuk membiayai aktivitas pinjaman.

Selain itu, BTPN juga melirik segmen syariah dengan meluncurkan BTPN Syariah pada 2011. Di tahun tersebut, BTPN mengenakan Program Daya yakni program untuk meningkatkan kapasitas nasabah dan kualitas hidup, termasuk nasabah pensiunan.

Adapun beberapa kegiatannya yakni pelatihan pemasaran digital dan layanan pemeriksaan kesehatan.

"Kami ada kerja sama dengan beberapa universitas, kementerian juga terutama kesehatan untuk para pensiunan kita memberikan konsultasi di cabang-cabang," kata Direktur Kepatuhan BTPN Dini Herdini.

Communications & Daya Head Bank BTPN Andrie Darusman mengatakan, program pemberdayaan nasabah ini sudah diikuti oleh 1,5 juta peserta dari 5.019 Kegiatan yang sudah dilakukan per Juni 2023.

"Semua materi yang kita buat, semua kurikulum yang kita buat segala macam, sudah siterjemahkan ke digital di Daya.id," kata Andrie.

Pada 2013, BTPN juga menggarap segmen Small Medium Enterprise (SME). Hal ini menarik minat investor global. Di tahun yang sama, bank terbesar kedua di Jepang, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), masuk jadi investor BTPN setelah mengakuisisi 40 persen saham BTPN.

Tiga tahun berselang, BTPN besar-besaran melakukan digitalisasi perbankan dengan meluncurkan Jenius, aplikasi bank digital pertama di Indonesia.

"Saat ini, jumlah pengguna Jenius sudah mencapai 4,8 juta pengguna," kata Digital Banking Business Stream Head Bank BTPN, Anita Ekasari.

Tak berhenti sampai di situ, tonggak bisnis BTPN juga berlanjut setelah SMBC menambah kepemilikan saham menjadi 92,5 persen pada 2019. Sebagai bank global, SMBC membawa BTPN memasuki segmen bisnis yang lebih besar yakni segmen korporasi.

Lewat jalan panjang itu, BTPN kini menjulang tinggi. Per 30 Juni 2023, BTPN memiliki total aset Rp 193,1 triliun. Sementara total nasabah mencapai sekitar 9 juta nasabah, dan 20.659 karyawan.

Demi keberlanjutan

Di tengah berkembangnya ekonomi hijau di Indonesia maupun di dunia, BTPN tak mau ketinggalan "kereta". Saat ini portofolio pembiayaan berkelanjutan BTPN terus tumbuh di tengah pertumbuhan kredit korporasi.

Per 30 Juni 2023, dari total kredit BTPN mencapai Rp 148,7 triliun, 68 persennya merupakan kredit korporasi.

Sementara portofolio pembiayaan berkelanjutan BTPN tercatat Rp 14,17 triliun, dengan Rp 7,63 triliun di antaranya untuk pembiayaan yang berwawasan lingkungan.

Pembiayaan itu mulai dari sektor energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, hingga transportasi ramah lingkungan.

Head of Wholesale, Commercial, and Transaction Banking Bank BTPN Nathan Christianto mengatakan ada beberapa proyek hasil dari pembiayaan kegiatan bisnis berkelanjutan BTPN.

Misalnya proyek UPC Sidrap Wind Energy (Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pertama di Indonesia) dengan total pinjaman sebesar 114,7 juta dollar AS pada 2020.

Selain itu, Bank BTPN sebagai agen keamanan dan SMBC sebagai pemberi pinjaman untuk Cirata Floating Power (Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mengapung Terbesar di Indonesia) pada 2021.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Nathan memastikan BTPN akan terus tumbuh dan berkontribusi kepada ekonomi Indonesia ke depan.

"Dengan begitu, BTPN akan terus berkontribusi kepada perekonomian baik dari segi pemberdayaan, pembangunan infrastruktur, energi, dan sebagainya," kata Nathan.

https://money.kompas.com/read/2023/12/04/143840226/mengakar-kuat-ke-dalam-menjulang-tinggi-ke-luar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke