Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Konflik Israel-Hamas ke Bisnis Starbucks, Apa Saja?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah perusahaan Barat mendapat tekanan dari konsumen yang menyerukan agar perusahaan mengambil sikap dalam konflik Israel-Hamas. Salah satunya adalah jaringan gerai kopi Starbucks.

CEO Starbucks, Laxman Narasimhan buka suara terkait imbas negatif aksi boikot yang menyasar jaringan gerai kopi perusahaan yang dipimpinnya.

Narasimhan menyebut bahwa orang-orang melakukan boikot Starbucks dan mengaitkan perusahaannya dengan dukungan ke Israel akibat penyebaran misinformasi dari media sosial.

Mengutip Reuters, Selasa (26/12/2023), Narasimhan dalam suratnya kepada para karyawannya, mencatat bahwa banyak toko Starbucks yang mengalami insiden vandalisme.

Narasimhan menambahkan, bahwa perusahaannya juga telah bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk memastikan keselamatan para pekerja dan pelanggannya.

"Kami melihat para pengunjuk rasa dipengaruhi oleh representasi keliru di media sosial tentang apa yang kami perjuangkan,” kata Narasimhan dalam suratnya.

Ada beberapa dampak yang dirasakan Starbucks imbas konflik Israel-Hamas terhadap bisnisnya. Berikut di antaranya.

1. Kapitalisasi pasar anjlok

Kapitalisasi pasar Starbucks tengah berada dalam tren penurunan. Hal ini terjadi seiring dengan kekhawatiran investor terhadap lesunya penjualan perusahaan, yang dinilai sebagai imbas dari gerakan boikot produk berkaitan Israel.

Melansir data Bloomberg, kapitalisasi pasar raksasa kedai kopi itu telah "menguap" sekitar 12 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 186,43 triliun selama beberapa pekan terakhir.

Penurunan ini diikuti dengan harga saham Starbucks yang terkoreksi selama 11 hari berturut-turut.

Tren bearish terjadi setelah pada awal November lalu perusahaan dengan kode saham SBUX itu mengalami rally penguatan. Hasil kinerja bisnis kuartal III-2023 yang lebih baik dari proyeksi semula menjadi katalis penguatan saham Starbucks pada November lalu.

Akan tetapi, tren kenaikan itu tidak berlangsung lama. Saham Starbucks kian tergerus di tengah kekhawatiran penurunan penjualan perusahaan.

Data penjualan pihak ketiga Starbucks menunjukan adanya perlambatan material pada November lalu. Dengan adanya perlambatan ini, penjualan perusahaan jaringan kedai kopi asal Amerika Serikat itu diproyeksi menurun pada periode awal tahun depan.

2. Vandalisme di gerai kopi Starbucks

Sejumlah gerai Starbucks menjadi sasaran vandalisme terkait konflik Israel-Hamas, khususnya di AS. Dikutip dari Fox Business, Starbucks telah menjadi sasaran para pengunjuk rasa yang merusak beberapa gerai, menyerukan boikot atas pendirian perusahaan tersebut terhadap perang Israel-Hamas.

Dalam surat terbuka kepada karyawannya yang tidak secara spesifik menyebut Israel atau Hamas, Narasimhan mengatakan dia khawatir dengan keadaan dunia secara umum.

“Ada konflik di banyak wilayah. Hal ini telah memicu kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah, ujaran kebencian dan senjata, serta kebohongan, yang semuanya kami kutuk,” katanya.

“Sikap kami jelas. Kami membela kemanusiaan," tutur Narasimhan.

Pada bulan November 2023, gerai Starbucks di Spring, Texas, AS dirusak. Houston Chronicle melaporkan, kata-kata "bebaskan Palestina" dan "boikot Starbucks" disemprotkan ke sisi gedung, bersama dengan tulisan "Berhenti membunuh anak-anak."


Pada akhir November 2023, gerai Starbucks di Seattle terpaksa ditutup setelah pengunjuk rasa pro-Palestina menyerbu ke dalamnya.

Kata-kata "darah di tanganmu" dan "bebaskan Palestina" dilukis dengan cat semprot di Starbucks Bay Area pada 2 Desember 2023, dan Starbucks di State College, Pennsylvania ditutup setelah seseorang memecahkan jendelanya pada 12 Desember 2023.

"Bebaskan Gaza" dilukis dengan cat semprot di Starbucks Westminster, Colorado pada 17 Desember 2023, menurut laporan media lokal.

Kemudian, gerai Starbucks di Oakland, California, dirusak selama protes anti-Israel pada Kamis (21/12/2023) lalu. Demonstran memecahkan jendela gerai Starbucks, kata pihak kepolisian setempat.

Foto-foto menunjukkan coretan cat semprot di beberapa bangunan dengan pesan-pesan termasuk "Bebaskan Gaza" dan "Matilah Zionisme." Demonstran lainnya menulis, "Kehidupan tunawisma itu penting."

Narasimhan tidak mengatakan gerai mana atau berapa banyak gerai yang dirusak, atau bahkan sisi konflik apa yang didukung oleh pelaku vandalisme.

Dia menegaskan kembali komitmen perusahaan terhadap para pekerjanya dan mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk menjaga keselamatan karyawan dan pelanggan serta menemukan pelakunya.

3. Starbucks PHK karyawan

Dampak boikot terhadap Starbucks diduga membuat perusahaan itu melakukan PHK karyawan.

Dilansir New Arab, Starbucks Mesir diduga telah memberhentikan sejumlah pekerjanya setelah kampanye boikot terhadap jaringan kopi tersebut, di tengah serangan mematikan terhadap warga Palestina di Gaza, yang dilaporkan menyebabkan kerugian bagi Starbucks.

Starbucks diyakini terkena dampak finansial akibat boikot di Mesir, yang dipicu oleh klaim bahwa waralaba kopi yang didirikan di Seattle memberikan dukungan kepada Israel, hal yang berulang kali dibantah oleh perusahaan tersebut.

Starbucks belum menjalankan waralaba di Israel sejak tahun 2003 namun telah menjadi sasaran kampanye boikot. Salah satunya adalah karena mantan CEO Starbucks Howard Schultz, adalah pendukung terang-terangan Israel.

Seorang karyawan mengatakan, Starbucks Mesir telah memberi tahu beberapa karyawan dan pekerja bahwa mereka akan dipecat karena penurunan penjualan yang signifikan akibat kampanye boikot yang sedang berlangsung.

Sumber tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai dugaan kerugian finansial atau berapa banyak karyawan yang terdampak PHK.

“Saat ini, mereka memangkas pengeluaran dan memaksa pekerja yang tersisa untuk melakukan lebih banyak pekerjaan daripada yang seharusnya untuk mengompensasi kekurangan staf,” katanya.

https://money.kompas.com/read/2023/12/26/165232026/dampak-konflik-israel-hamas-ke-bisnis-starbucks-apa-saja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke