Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Emiten di Indonesia Hadapi Tekanan di Tengah Perekonomian Global yang Menantang

Managing Director and Country Head A&M Indonesia Alessandro Gazzini (Alex) mengatakan, meskipun tanda-tanda pemulihan pascapandemi sudah mulai terlihat, banyak perusahaan di Indonesia yang masih berjuang menghadapi tekanan yang cukup besar, dan banyak yang tidak siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.

“Analisis kami mengidentifikasi adanya tekanan di seluruh sektor, terutama pada sektor Pertambangan Logam dan Non-Batu bara, Ritel dan Transportasi, serta Infrastruktur dan Konstruksi sebagai tiga sektor yang paling terpapar,” kata Alex di Jakarta, Kamis (18/1/2024).

“Sektor Barang Konsumsi, serta Bahan Kimia dan Material menunjukkan tren memburuk yang mengkhawatirkan dalam hal tekanan selama dua tahun terakhir. Sebaliknya, sektor Pertanian, Pertambangan Batu Bara dan Energi, Komunikasi dan TI, serta Kesehatan mencatat tingkat tekanan yang rendah dengan tren pemulihan yang signifikan,” tambah dia.

Alex mengungkapkan, riset tersebut diharapkan dapat mendorong adanya tindakan segera guna meningkatkan kinerja keuangan dan meningkatkan efisiensi operasional. Laporan ini juga menekankan perlunya tindakan proaktif, serta mengedepankan tindakan lebih bijaksana oleh perusahaan dalam menyeimbangkan antara pilihan pertumbuhan dan keuntungan.

Menurut dia, pendekatan pertumbuhan dengan segala cara tidak lagi menjadi pilihan yang tepat. Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, langkah-langkah penanganan Covid-19 yang diberikan oleh pemerintah akan dihapuskan secara bertahap, hal ini menandai dimulainya lanskap ekonomi setelah Covid-19.

Faktor pendukung yang membantu mempertahankan keuntungan dalam lingkungan inflasi, seperti permintaan yang tertahan pascapandemi dan mekanisme biaya pass-through secara bertahap berkurang untuk beberapa sektor.

Hal ini menekankan pentingnya strategi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk segera meningkatkan kesehatan keuangan dan keuntungan operasional dalam menghadapi situasi yang kompleks saat ini.

Alex mengungkapkan, banyak perusahaan yang akan memasuki periode pergolakan ekonomi berkepanjangan dalam kondisi keuangan yang rentan.

Para pemangku kepentingan juga dinilai harus segera mengambil tindakan, yang berfokus pada upaya mendapatkan landasan yang kuat untuk melakukan restrukturisasi.

“Perusahaan juga harus memiliki rencana untuk menghadapi ketidakstabilan melalui pemantauan terus menerus terhadap faktor pendorong makroekonomi, analisis perilaku pesaing, dan penyusunan skenario harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses perencanaan keuangan,” ujar Alex.

Sebagai informasi, laporan tersebut juga menyoroti kinerja keuangan 360 emiten di Indonesia yang memiliki pendapatan tahunan lebih dari 50 juta dollar AS, di 11 sektor industri.

Indikator yang digunakan adalah 17 indikator kinerja utama (KPI) untuk menilai ketahanan neraca keuangan dan pendapatan perusahaan, mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang sedang atau akan mengalami tekanan keuangan. Laporan ini juga membahas prospek kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2024 dan seterusnya.

Faktor utama yang menyebabkan tekanan tampaknya adalah neraca keuangan dan struktur modal yang melemah, dan bukan karena kinerja operasional yang terganggu.

Terutama, 22 persen dari perusahaan yang mengalami tekanan pada tahun 2022 memiliki skor ketahanan neraca yang rendah tiga tahun sebelumnya, tren yang mengkhawatirkan diperparah oleh kondisi suku bunga yang tinggi saat ini, yang menimbulkan tantangan serius bagi perusahaan untuk mencari pembiayaan baru.

https://money.kompas.com/read/2024/01/19/083000126/emiten-di-indonesia-hadapi-tekanan-di-tengah-perekonomian-global-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke