JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memprediksi naiknya harga tomat hingga Rp 50.000 per kilogram di bulan Lebaran ini hanya sementara waktu alias tidak akan lama.
Dia pun menduga naiknya harga tomat disebabkan adanya gagal panen di beberapa wilayah sehingga membuat stok tidak mencukupi sementara permintaannya tinggi.
Mendag Zulhas bilang kalau musim tanam tomat tiba, dipastikan harga tomat pun akan berangsur turun.
Mendag Zulhas juga mengatakan, kalau pun harga tomat terlalu murah bisa membuat petani tomat enggan menanam karena khawatir dengan omzet yang tipis.
Oleh sebab itu kata dia pemerintah sudah mulai menetapkan harga acuan penjualan beberapa produk pangan. Namun, sayangnya untuk tomat sendiri, pemerintah belum menatapkan HET-nya.
“Itu tomat kalau harganya murah sekali kan orang malas nanamnya. Makanya pemerintah sudah bikin patokan harga untuk beberapa bapok karena kalau harga terlalu murah suatu saat enggak akan laku,” jelas Zulhas.
“Misalnya Tomat harganya Rp 15.000, Rp 10.000 per kilogram, enggak ada yang nanam. Kalau enggak mau nanam yah gimana, enggak ada stok dan jadi mahal,” sambung Zulhas
Sebelumnya, menjelang kurang dari 1 hari Lebaran atau H-1 Lebaran, harga tomat meroket naik hingga Rp 50.000 per kilogram.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di Pasar Kramat Jati, Selasa (9/4), didapati harga tomat yang dibanderol dari Rp 40.000-50.000 per kilogram.
Sabar, salah satu pedagang di sana menyebut harga normal tomat di hari-hari biasa dibanderol hanya Rp 12.000 per kilogram. Namun sejak beberapa hari terakhir menjelang Lebaran, harga tomat yang dia banderol naik menjadi Rp 40.000 per kilogram.
“Paling mahal itu tomat, biasanya Rp 12.000 per kilogram sekarang naik jadi Rp 40.000 per kilgram,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di Pasar Kramat Jati, Selasa (9/4/2024).
https://money.kompas.com/read/2024/04/10/163416326/harga-tomat-tembus-rp-50000-per-kilogram-mendag-mahalnya-sementara-waktu-saja