Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Faktor yang Menyebabkan Harga Emas Naik Turun

Investasi emas dianggap aman atau risk free bagi orang awam yang ingin berinvestasi tetapi tidak mau mengambil risiko.

Alasan yang sama juga yang membuat masyarakat senang manyimpan emas sebagai investasi, daripada terjun ke investasi seperti saham atau obligasi.

Pergerakan harga emas sangat dinamis. Harga emas bahkan bisa dibilang selalu naik. Sebagai perbandingan, harga emas pada medio 2015 hanya berkisar di Rp 490.000-530.000 per gram.

Apa yang membuat harga emas bisa naik seperti itu?

Dilansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id, berikut ini adalah beberapa faktor yang membuat harga emas naik atau turun.

1. Ketidakpastian kondisi global

Berbagai situasi yang terjadi di sekeliling kita seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas.

Dalam kondisi politik dan ekonomi yang kacau, emas sering dianggap sebagai penyelamat. Oleh sebab itu, harga emas di tengah krisi atau konflik biasanya akan melonjak naik.

Namun, kala situasi konflik mulai mereda safe haven seperti emas akan kekurangan peminat. Risk appetite investor datang lagi dan perburuan terhadap aset-aset berisiko pun dimulai. Harga emas bisa jadi akan turun nantinya.

Sekurang-kurangnya, ada tiga alasan emas jadi pilihan ketika ekonomi sedang tidak menentu atau terdapat gejolak geopolitik.

Pertama, nilai emas tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi. Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi atau perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas.

2. Penawaran dan permintaan emas

Hukum penawaran dan permintaan juga berlaku pada emas. Lebih besar permintaan emas ketimbang penawarannya membuat logam mulia yang digemari masyaraakt ini bakal naik.

Sebaliknya, harganya akan turun apabila penawaran lebih besar daripada permintaannya.

Menariknya ketersediaan emas di dunia ini cukup terbatas. Saat ini, produksi emas di dunia selain dari hasil pertambangan juga berasal dari daur ulang emas.

Ada dua versi hasil hitung dari total emas yang ada di dunia. Versi pertama dari Thomson Reuters GFMS yang menyebut angka totalnya mencapai 171.300 ton. Sementara versi kedua dari James Turk, pendiri Gold Money, yang memperkirakan jumlahnya mencapai 155.244 ton.

3. Kebijakan moneter

Harga emas juga sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve). Kebijakan moneter yang dimaksud adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga.

Kalau The Fed menurunkan suku bunga, emas berpotensi naik harganya. Hal itu karena dollar AS menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi.

Dalam kondisi seperti itu, orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya.

4. Inflasi

Inflasi adalah salah satu faktor utama yang membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga berdampak pada harga emas.

Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas. Hal ini dikarenakan masyarakat yang enggan menyimpan aset mereka dalam bentuk uang yang mudah kehilangan nilainya.

Masyarakat lebih memilih berinvestasi emas yang harganya cenderung stabil dan lebih aman ketika inflasi. Pertumbuhan minta inilah yang membuat harga emas akan meningkat pula.

5. Nilai tukar dollar AS

Harga emas dalam negeri mengacu pada harga emas internasional yang dikonversi dari dollar Amerika Serikat (AS) ke dalam mata uang rupiah.

Oleh karena itu, harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan rupiah terhadap dollar AS.

Apabila nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, harga emas lokal menguat atau tinggi. Sebaliknya, ketika nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.

Demikian adalah beberapa faktor yang membuat harga emas naik atau turun.

https://money.kompas.com/read/2024/05/24/211200026/ini-faktor-yang-menyebabkan-harga-emas-naik-turun

Terkini Lainnya

Soal Zonasi Penjualan Rokok di RPP Kesehatan, Peritel: Pelaksanaannya Bagaimana? Bawa Meteran?

Soal Zonasi Penjualan Rokok di RPP Kesehatan, Peritel: Pelaksanaannya Bagaimana? Bawa Meteran?

Whats New
Bitget Hadirkan Hamster Futures Coins

Bitget Hadirkan Hamster Futures Coins

Earn Smart
Melonjak 45 Persen, GMF Kantongi Laba Bersih Rp 43,16 Miliar pada Kuartal I 2024

Melonjak 45 Persen, GMF Kantongi Laba Bersih Rp 43,16 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pemberdayaan Peternak Sapi Perah Lokal Penting untuk Ketahanan Pangan

Pemberdayaan Peternak Sapi Perah Lokal Penting untuk Ketahanan Pangan

Whats New
Cara Bayar Ujian CAT SKD Sekolah Kedinasan Melalui Indomaret/Alfamart

Cara Bayar Ujian CAT SKD Sekolah Kedinasan Melalui Indomaret/Alfamart

Whats New
Sudah Diumumkan, Ini Link Cek Hasil Administrasi SPMB PKN STAN 2024

Sudah Diumumkan, Ini Link Cek Hasil Administrasi SPMB PKN STAN 2024

Whats New
KPLP Kemenhub Ikut Latihan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut

KPLP Kemenhub Ikut Latihan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut

Whats New
Biro Kredit Swasta Dukung Pertumbuhan Kredit lewat Penguatan Inovasi

Biro Kredit Swasta Dukung Pertumbuhan Kredit lewat Penguatan Inovasi

Whats New
KoinWorks Dukung UMKM Masuk ke Ekosistem Rantai Pasok Produksi

KoinWorks Dukung UMKM Masuk ke Ekosistem Rantai Pasok Produksi

Whats New
Blockchain Dinilai Merevolusi Cara Pengelolaan Uang

Blockchain Dinilai Merevolusi Cara Pengelolaan Uang

Whats New
Pengusaha Ritel Bantah Minimarket Jual Pulsa 'Top Up' Judi 'Online'

Pengusaha Ritel Bantah Minimarket Jual Pulsa "Top Up" Judi "Online"

Whats New
Fesyen dan Kriya Dominasi Ekspor Industri Kreatif

Fesyen dan Kriya Dominasi Ekspor Industri Kreatif

Whats New
Basuki Disebut Setujui Perubahan Konstruksi Tol MBZ, PUPR Enggan Berkomentar

Basuki Disebut Setujui Perubahan Konstruksi Tol MBZ, PUPR Enggan Berkomentar

Whats New
Pasar Keuangan Hijau, IHSG Kembali di Atas 7.000 dan Rupiah Menguat ke Kisaran 16.300

Pasar Keuangan Hijau, IHSG Kembali di Atas 7.000 dan Rupiah Menguat ke Kisaran 16.300

Whats New
Bank Dunia Sebut Program Makan Siang Gratis Tidak Tepat Atasi Stunting, Ini Tanggapan Menko Airlangga

Bank Dunia Sebut Program Makan Siang Gratis Tidak Tepat Atasi Stunting, Ini Tanggapan Menko Airlangga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke