Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soekarno-Hatta Mengatasi Ketertinggalan...

Kompas.com - 21/04/2009, 11:57 WIB

Kepala Cabang Bandara Soekarno-Hatta Haryanto menegaskan, T3 harus segera dibuka untuk mengurangi kepadatan penumpang. ”Fasilitas yang ada segera dapat difungsikan, yang penting operasional pesawat lancar,” ujar Haryanto. T1-C pun akan ditawar ke Sriwijaya Air.

Dana terbatas

Masalah utama di Soekarno-Hatta adalah kepadatan. Tambahan kapasitas empat juta penumpang per tahun di T3 sebenarnya tak banyak membantu. Sebab, T1 dan T2 yang hanya menampung 18 juta penumpang per tahun, tetapi dipadati hingga 32 juta penumpang.

Selisih kapasitas baru mampu ditutupi ketika seluruh pier T3 dengan total daya tampung 20 juta penumpang selesai dibangun. Persoalannya, secepat apa AP II menyelesaikan T3?

Laba bersih Soekarno-Hatta sebesar Rp 750 miliar (tahun 2008) sebenarnya cukup membangun tiga pier. Masalahnya, AP II harus membangun 12 bandara lainnya. ”Tahun lalu, Soekarno-Hatta dibangun bersamaan dengan bandara di Aceh, Medan, Jambi, Tanjung Pinang, dan Pangkal Pinang. Uang harus dibagi-bagi,” kata Sudaryanto.

Sebenarnya ada cara lain mempercepat pembangunan Soekarno-Hatta, yaitu dengan menggaet maskapai. ”AirAsia sudah minta membangun pier 3 dan 4. Seharusnya kita terbuka saja dan mempersilakan mereka bangun,” kata Haryanto.

Soekarno-Hatta sesungguhnya berpeluang meraup laba lebih besar bila serius membangun bisnis non-aeronautical. ”Baru 20 persen pendapatan kami dari bisnis non-aeronautical, dari toko retail dan gerai makanan,” ujar Haryanto.

Sebaliknya, sekitar 60 persen pendapatan Changi dari bisnis non-aeronautical. T3-Changi saja merupakan rumah dari 100 toko ritel dan 40 gerai makanan. Hebohnya, T3-Changi dipercaya membuka Café Cuylian Belgian Chocolate pertama di luar Belgia, toko FIFA World pertama di dunia, hingga Hard Rock Café Airport pertama.

Sedikitnya ada dua kelebihan Soekarno-Hatta untuk membangun lebih banyak ruang komersial. Pertama, orang Indonesia suka membawa oleh-oleh. Kedua, lama perjalanan ke bandara yang tak dapat diprediksi terkadang memaksa penumpang tiba lebih awal di bandara. Jadi, mengapa tak membangun pusat perbelanjaan untuk membangun bandara?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com