Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjuang untuk Dapat Tiket KA

Kompas.com - 01/02/2011, 11:01 WIB

Mobil berpelat nomor akhir 1 dan 2 hanya boleh keluar pada Senin. Pelat bernomor akhir 3 dan 4 hanya boleh beredar pada Selasa. Nomor 5 dan 6 hari Rabu. Nomor 7 dan 8 pada Kamis. Nomor 9 dan 0 hanya boleh melintas pada Jumat. Untuk Sabtu dan Minggu, semua mobil pribadi diperbolehkan melintas di dalam kota. Jika ada pengendara mobil yang melanggar, dikenai denda 100 yuan atau sekitar Rp 130.000.

Peraturan ini pertama kali diterapkan pada Agustus 2008, saat pesta olimpiade berlangsung. Hingga kini peraturan tetap berlaku karena terbukti telah mengurangi kepadatan dan polusi kota yang sudah sangat tinggi.

Pemerintah juga memperpanjang dan memperlebar jalan-jalan yang ada di Beijing. Bahkan, kini Beijing memiliki enam jalan lingkar yang jaraknya 130 kilometer dari Tiananmen, pusat kota Beijing. Tidak cukup hanya itu, tarif parkir pun dinaikkan agar orang tidak lagi mau naik mobil pribadi. Kini, tarif parkir ditetapkan 20-50 yuan (Rp 26.000-Rp 65.000) per jam, tergantung dari lokasi.

Walaupun menerapkan banyak peraturan, kemacetan tetap terjadi. Hal itu terjadi karena banyak sekali orang yang mempunyai mobil pribadi. Seiring dengan peningkatan kemampuan ekonomi rakyat China, kebutuhan orang akan hidup mewah pun bertambah.

Kewalahan dengan jumlah mobil yang terus bertambah, mulai tahun 2011, Pemerintah Kota Beijing membatasi pembelian mobil baru. Sebelum bisa membeli mobil, seorang calon pembeli harus mengikuti undian untuk mendapat nomor mobil. Jadi, walaupun memiliki uang, ia belum tentu bisa membeli mobil jika namanya tidak keluar dalam undian tersebut. Melalui kebijakan undian, Pemerintah Kota hanya mengizinkan penjualan 400.000 mobil baru. Padahal, tahun lalu jumlah mobil yang terjual 850.000 unit.

Dari kuota 400.000 unit itu, sebanyak 240.000 unit dijual bagi pemilik baru, sedangkan 160.000 unit bagi pemilik mobil yang mobilnya rusak atau dijual. Mereka diperbolehkan tetap memegang nomor mobil mereka dan membeli mobil baru.

Sebelum membatasi jumlah mobil, Pemerintah Kota Beijing juga melarang penggunaan motor di dalam kota. Pemerintah tetap memperbolehkan sepeda berlalu-lalang, termasuk sepeda listrik. Namun, kini jumlah sepeda juga makin lama makin berkurang karena mereka beralih naik mobil.

”Dulu di sini banyak sekali sepeda. Pemandangannya seperti motor-motor di Jakarta saat ini, yang jumlahnya makin lama makin banyak,” kata Riyono, warga Indonesia yang bekerja di Beijing selama 15 tahun.

Adanya kebijakan-kebijakan yang membatasi kepemilikan kendaraan bermotor, Pemerintah Kota Beijing menyadari, warganya harus memiliki angkutan umum yang layak, cepat, murah, dan mencapai seluruh sudut kota. Jika ada angkutan umum yang nyaman, orang bersedia pindah dari angkutan pribadi ke angkutan umum.

Pilihan pun jatuh dengan memperbanyak jumlah bus dan memperpanjang jalur kereta bawah tanah (metro). Selain itu, ongkos angkutan umum juga dibuat sangat murah, hanya 1 yuan atau sekitar Rp 1.360 per trayek. Namun, jika penumpang memakai kartu langganan, ongkosnya hanya 0,4 yuan atau sekitar Rp 500. Untuk metro, ongkosnya hanya 2 yuan untuk semua trayek. Jadi, ke mana pun tujuannya, selama masih di dalam area metro, tidak perlu membayar lagi jika berganti jalur metro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak 4 Tips Mengelola Keuangan untuk Pasangan Baru Menikah

Simak 4 Tips Mengelola Keuangan untuk Pasangan Baru Menikah

Spend Smart
BSI Catat Penyaluran Pembiayaan Rp 251,6 Triliun hingga April 2024

BSI Catat Penyaluran Pembiayaan Rp 251,6 Triliun hingga April 2024

Whats New
Ini Upaya TSE Group Jalankan Bisnis Sawit Berkelanjutan

Ini Upaya TSE Group Jalankan Bisnis Sawit Berkelanjutan

Whats New
Asosiasi Soroti Aturan Impor yang Berubah-ubah dan Dampaknya ke Industri Dalam Negeri

Asosiasi Soroti Aturan Impor yang Berubah-ubah dan Dampaknya ke Industri Dalam Negeri

Whats New
23,7 Persen Investor Kripto dari Kalangan Mahasiswa, PINTU Gelar Edukasi di Unair

23,7 Persen Investor Kripto dari Kalangan Mahasiswa, PINTU Gelar Edukasi di Unair

Whats New
Kredit Perbankan Tumbuh ke Level Tertinggi dalam 5 Tahun

Kredit Perbankan Tumbuh ke Level Tertinggi dalam 5 Tahun

Whats New
Danone Indonesia Dukung Pengelolaan Air Berkelanjutan

Danone Indonesia Dukung Pengelolaan Air Berkelanjutan

Whats New
Cara Tarik Tunai dengan QRIS

Cara Tarik Tunai dengan QRIS

Work Smart
Bantu Organisasi Makin Efisien di Era Digital, Platform Digital SoFund Kembangkan Fitur Andal

Bantu Organisasi Makin Efisien di Era Digital, Platform Digital SoFund Kembangkan Fitur Andal

Whats New
Bank Jago Angkat Supranoto Prajogo jadi Direktur

Bank Jago Angkat Supranoto Prajogo jadi Direktur

Whats New
Citi Indonesia 'Ramal' The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Citi Indonesia "Ramal" The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan hingga Satu Persen Sepanjang 2024

Whats New
Gandeng UGM, Kementan Berikan Bantuan Benih Padi Varietas Gamagora 7 di Sisipan Lahan Perkebunan

Gandeng UGM, Kementan Berikan Bantuan Benih Padi Varietas Gamagora 7 di Sisipan Lahan Perkebunan

Whats New
Tips Hindari Pembobolan Rekening lewat Nomor HP yang Sudah Hangus

Tips Hindari Pembobolan Rekening lewat Nomor HP yang Sudah Hangus

Whats New
Bersama Kementerian BUMN, Bank Mandiri Gelar Program Mandiri Sahabat Desa di Morowali

Bersama Kementerian BUMN, Bank Mandiri Gelar Program Mandiri Sahabat Desa di Morowali

Whats New
Sambangi Paris, Erick Thohir Bertemu Presiden Perancis dan Presiden FIFA

Sambangi Paris, Erick Thohir Bertemu Presiden Perancis dan Presiden FIFA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com