Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Memperkuat Struktur Perekonomian

Kompas.com - 31/10/2011, 01:46 WIB

FAISAL BASRI

Tahun 2009, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh positif sebesar 4,5 persen. Dua negara lain yang juga mampu membukukan pertumbuhan positif kala itu adalah China dan India. Selebihnya menderita pertumbuhan negatif. Adapun perekonomian dunia kala itu mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 0,6 persen.

Setidaknya, ada dua faktor utama yang membuat perekonomian Indonesia bisa bertahan dari gempuran gejolak perekonomian dunia tahun 2008. Pertama, sektor perbankan Indonesia masih sangat terbelakang. Sumbangsih subsektor perbankan terhadap produk domestik bruto tak sampai 3 persen.

Demikian juga dengan subsektor keuangan bukan bank. Dengan demikian, secara keseluruhan, sumbangsih sektor keuangan (bank dan bukan bank) masih sekitar 7 persen saja.

Kedalaman sektor keuangan kita masih sangat cetek. Tahun 2010, dalam the financial development index versi Forum Ekonomi Dunia, Indonesia berada di urutan ke-51 dari 57 negara. Bahkan, salah satu unsur dari indeks tersebut, yaitu private credit to GDP ratio, posisi Indonesia berada pada urutan paling buncit.

Kedua, peranan ekspor kita di dalam produk domestik bruto (PDB) sangat kecil, bahkan terendah, di antara negara-negara tetangga. Lebih jauh, struktur ekspor kita masih didominasi oleh produk-produk sumber daya alam yang belum diolah sehingga income elasticity of demand-nya relatif rendah. Artinya, kemerosotan pendapatan di negara-negara maju tak banyak memengaruhi permintaan mereka terhadap produk-produk ekspor kita.

Dengan kata lain, kegagalan atau keterlambatan perekonomian bertransformasilah yang membuat kita bisa selamat. Kita tak terseret oleh krisis keuangan global karena kedalaman sektor keuangan kita masih sebatas mata kaki sehingga tak menenggelamkan. Sementara itu, industrialisasi yang loyo sejak krisis membuat exposure produk-produk ekspor kita terhadap gejolak global sangat rendah.

Kini, di tengah krisis utang yang melanda Eropa, kedua faktor di atas tak banyak berubah, bahkan untuk struktur ekspor bisa dikatakan terus mengalami kemunduran. Peranan ekspor manufaktur di dalam ekspor nonmigas sejak tahun 2000 mengalami kemerosotan terus-menerus. Bahkan, sejak 2008, neraca perdagangan industri manufaktur telah mengalami ketekoran atau defisit.

Tantangan kita ke depan adalah memperkuat struktur perekonomian. Sudah saatnya pemerintah tak lagi mematok target ekspor tanpa memedulikan strukturnya. Apa gunanya menggenjot ekspor jika hanya dalam bentuk bahan mentah yang belum diolah. Pengolahan bahan mentah di dalam negeri akan menggenjot industrialisasi.

Selanjutnya, industrialisasi akan menekan impor bahan baku yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri sehingga neraca perdagangan industri manufaktur bakal kembali surplus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Libur 'Long Weekend', KCIC Tawarkan Tiket Whoosh Mulai Rp 150.000

Jelang Libur "Long Weekend", KCIC Tawarkan Tiket Whoosh Mulai Rp 150.000

Whats New
Garuda Alihkan 2 Pesawat untuk Angkutan Haji, 100 Penerbangan Terdampak

Garuda Alihkan 2 Pesawat untuk Angkutan Haji, 100 Penerbangan Terdampak

Whats New
BPR yang Mau Melantai di Bursa Wajib Penuhi Ini

BPR yang Mau Melantai di Bursa Wajib Penuhi Ini

Whats New
Harga Emas Terbaru 21 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 21 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Tembus 16,43 Juta Sepanjang Mei 2024

Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Tembus 16,43 Juta Sepanjang Mei 2024

Whats New
BPR Bangkrut karena Kecurangan Pengurus, Ini Upaya OJK

BPR Bangkrut karena Kecurangan Pengurus, Ini Upaya OJK

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Selasa 21 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Selasa 21 Mei 2024

Spend Smart
Siapkan RAPBN 2025, Sri Mulyani: Kita Terus Berkomunikasi dengan 'Orang' Prabowo

Siapkan RAPBN 2025, Sri Mulyani: Kita Terus Berkomunikasi dengan "Orang" Prabowo

Whats New
Ekonom Sebut Ada Potensi Rp 10.529 Triliun ke PDB dari Energi Terbarukan Berbasis Komunitas

Ekonom Sebut Ada Potensi Rp 10.529 Triliun ke PDB dari Energi Terbarukan Berbasis Komunitas

Whats New
IHSG Awal Sesi Fluktuatif, Rupiah Melemah Tembus Level Rp 16.033

IHSG Awal Sesi Fluktuatif, Rupiah Melemah Tembus Level Rp 16.033

Whats New
Menaker Ida Sebut Program Desmigratif Layak Dilanjutkan

Menaker Ida Sebut Program Desmigratif Layak Dilanjutkan

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kemenhub Pastikan Pesawat Haji yang Terbakar di Makassar Punya Sertifikat Laik Terbang

Kemenhub Pastikan Pesawat Haji yang Terbakar di Makassar Punya Sertifikat Laik Terbang

Whats New
Kala Tiga Kementerian Saling Tuding soal Penumpukan Kontainer di Pelabuhan

Kala Tiga Kementerian Saling Tuding soal Penumpukan Kontainer di Pelabuhan

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 21 Mei 2024: Daging Ayam Naik, Daging Sapi Turun

Harga Bahan Pokok Selasa 21 Mei 2024: Daging Ayam Naik, Daging Sapi Turun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com