Jakarta, Kompas
Wakil Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Hardiono, Senin (9/1) di Jakarta, mengatakan, BP Migas berinisiatif membentuk tim renegosiasi kontrak untuk mengatur strategi renegosiasi. Hasil kajian internal usulan langkah renegosiasi kontrak itu ditargetkan selesai pekan ini. ”Kami akan menyampaikan hasil kajian ini kepada Menteri Keuangan,” ujar Hardiono.
Sejauh ini, tim renegosiasi kontrak penjualan gas Tangguh yang dibentuk pemerintah belum dibubarkan, tetapi belum ada kemajuan berarti. Untuk itu, BP Migas membentuk tim kerja yang membahas langkah renegosiasi sebagai masukan bagi tim resmi pemerintah. ”Proses renegosiasi harus dilaksanakan tahun ini. Jika renegosiasi ini berhasil, harga baru akan mulai diterapkan tahun 2013,” kata Hardiono. Harga baru itu akan berlaku selama empat tahun.
Tim kerja BP Migas merekomendasikan agar harga gas dalam kontrak memakai formula batas atas harga minyak sesuai dengan patokan Japan Cocktail Crude (JCC). Dengan demikian, harga gas dari Blok Tangguh akan mengikuti kenaikan harga minyak mentah JCC.
Saat ini, harga gas alam cair (LNG) dari Blok Tangguh yang dikirim ke Fujian hanya 3,5 dollar AS per juta metrik satuan panas inggris (million metric british thermal units/MMBTU). Angka ini jauh di bawah harga pasar
Semula, batas atas harga gas Tangguh 25 dollar AS per barrel sehingga harga gas menjadi 2,4 dollar AS per MMBTU. Selanjutnya, batas atas naik menjadi 38 dollar AS per barrel tahun 2006 sehingga harga gas menjadi 3,35 dollar AS per MMBTU.
”Kami berharap harga gas bisa disesuaikan harga pasar, atau dinaikkan sedikit agar gasnya lebih ekonomis. Paling tidak, harga ekspor ini tidak lebih murah dibandingkan dengan harga jual di pasar domestik,” kata Hardiono.
Sejumlah pihak berminat membeli gas dari Tangguh. Menurut Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina Mochamad Harun, beberapa waktu lalu, pihaknya siap membeli gas dengan harga sekitar 10 dollar AS per MMBTU untuk memasok terminal penerima gas Teluk Jakarta yang dijadwalkan beroperasi Maret nanti.
Secara terpisah, kemarin PT Surya Esa Perkasa Tbk mengumumkan rencana penawaran umum perdana (IPO) saham. Direktur Eksekutif Perseroan Vinod Laroya mengungkapkan, perseroan akan melepas 250 juta lembar saham, atau setara dengan 25 persen modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Surya Eka Perkasa bergerak dalam usaha industri pemurnian dan pengolahan gas bumi untuk menghasilkan produk LPG (propana dan butana) dan kondensat. Dengan IPO ini, perseroan berharap memperoleh tambahan modal sekitar Rp 150 miliar.(EVY/BEN)