Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Impor China Merajalela di Tanah Air

Kompas.com - 09/07/2012, 01:45 WIB

Jakarta, Kompas- Indonesia kebanjiran produk impor, terutama dari China. Produk impor yang masuk melalui sejumlah pelabuhan di Tanah Air itu ”menyerang” konsumen dengan barang jadi dan industri dengan bahan baku.

Berdasarkan data yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pekan lalu, impor pada Mei 2011 senilai 14,825 miliar dollar AS. Namun, pada Mei 2012 impor mencapai 17,210 miliar dollar AS. Nilai impor ini bahkan lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor pada Mei 2012. Ekspor pada Mei 2011 senilai 18,334 miliar dollar AS. Ekspor Mei 2012 justru turun menjadi 16,724 miliar dollar AS.

Negara pemasok barang impor nonminyak dan gas bumi (nonmigas) terbesar selama Januari-Mei 2012 masih ditempati China dengan nilai 11,89 miliar dollar AS dengan pangsa 19,29 persen. Berikutnya adalah Jepang 9,66 miliar dollar AS (15,67 persen) dan Thailand 4,73 miliar dollar AS (7,67 persen).

Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, Minggu (8/7), beralasan, industri dalam negeri masih bergantung pada bahan baku impor. Bahan baku impor itu, antara lain katun untuk tekstil, bahan baku pembuatan bijih besi (pellet), bijih besi hasil daur ulang besi dan baja bekas (scrap) untuk baja, bahan baku untuk industri makanan, petrokimia, serta industri otomotif dan mesin peralatan.

”Kenaikan impor bahan baku tersebut dari sisi positifnya berarti menandakan meningkatnya aktivitas industri dalam negeri. Yang dilakukan pemerintah adalah pengendalian terhadap impor bahan baku yang sudah bisa dibuat di dalam negeri,” ujar Hidayat.

Belum ada pengendalian

Di sejumlah pelabuhan di daerah, volume impor barang semakin naik. Namun, sejauh ini juga belum terlihat ada upaya pengendalian terhadap impor barang. Sempat ada usul pembatasan impor sayur-mayur melalui Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara (Sumut), tetapi ditangguhkan karena importir mengusulkan sosialisasi terlebih dahulu. Hal tersebut dikemukakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Bidar Alamsyah didampingi Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Sujatmiko dan Kepala Seksi Ekspor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Fitra Kurnia.

BPS Sumut melaporkan, nilai impor melalui Sumut pada Mei 2012 justru naik menjadi 431,73 juta dollar AS atau naik sebesar 11,34 persen dibandingkan April 2012, yakni sebesar 387,75 juta dollar AS. Jika dibandingkan dengan Mei 2011, nilai impor Mei 2012 naik sebesar 13,35 persen. Nilai impor Januari-Mei 2012 dibandingkan Januari-Mei 2011 juga naik 0,1 persen.

Demikian pula melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), barang impor masuk dengan bebas. ”Sejauh ini memang tidak ada pembatasan impor di pelabuhan. Barang yang sudah mendapat izin impor Bea dan Cukai dapat masuk melalui pelabuhan,” kata Manajer Hubungan Masyarakat PT Pelabuhan Indonesia (PT Pelindo) III Edi Priyanto.

Edi Priyanto mengatakan, jumlah barang impor yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak pada 2012 meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data PT Pelindo III, volume barang impor yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak selama Januari-Juni 2012 mencapai 283.766 twenty foot equivalent units (TEUs). Satu TEUs setara dengan satu kontainer berukuran 20 kaki. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan periode serupa tahun 2011 yang sebesar 274.373 TEUs. Bahkan, pada semester I-2012, jumlah barang impor lebih tinggi daripada jumlah barang ekspor yang keluar, yang mencapai 279.309 TEUs.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com