Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Berakhirnya Tren Perlambatan Ekonomi dan Tantangan 2017

Kompas.com - 09/02/2017, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Terkait investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada 2016 mencapai Rp 612,8 triliun, meningkat 12,4 persen dibandingkan tahun 2015 yang senilai Rp 612,8 triliun.

Investasi pada 2016 terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 396,6 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp 216,2 triliun.

Adapun komponen pertumbuhan dari sisi pengeluaran lainnya yakni konsumsi pemerintah dan ekspor-impor mencatat pertumbuhan negatif masing-masing minus 0,15 persen dan minus 2,27 persen.

Realisasi belanja negara selama 2016 tercatat Rp 1.859,46 triliun. Angka ini sebenarnya naik dibandingkan tahun 2015 yang sebesar  Rp 1.810 triliun. Namun, ada sebagian alokasi belanja negara terutama yang ditransfer ke daerah masih mengendap di perbankan sehingga tidak berdampak pada pembentukan produk domestik bruto (PDB).

Pada 2016, pemerintah juga melakukan penghematan besar-besaran untuk mencegah meningkatnya defisit anggaran. Pada semester II 2016, Menteri Keuangan Sri Mulyani memangkas belanja negara sebesar Rp 137,61 triliun.

Pemangkasan dilakukan terhadap anggaran pemerintah pusat sebesar Rp 64,71 triliun dan anggaran transfer daerah senilai Rp 72,9 triliun.

Sementara, nilai ekspor Indonesia sepanjang 2016 tercatat sebesar 144,43 miliar dollar AS atau setara Rp 1.920 triliun (asumsi kurs Rp 13.300 per dollar AS). Nilai tersebut turun 3,95 persen dibandingkan tahun 2015 yang sebesar  150,37 miliar dollar AS.

Tantangan 2017

Kendati perekonomian domestik pada 2016 cukup bagus dan ekonomi global semakin pulih, bukan berarti tahun 2017 akan mudah bagi Indonesia.

Sejumlah persoalan bakal menghadang perekonomian Indonesia pada 2017 antara lain lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga, dan perdagangan dunia.

Era inflasi rendah, yang terjadi dalam kurun 2015 – 2016, diprediksi segera berakhir. Kenaikan harga komoditas, harga yang diatur pemerintah (administered price), dan potensi gejolak harga pangan bakal memicu lonjakan inflasi pada 2017.

Tanda-tanda lonjakan inflasi 2017 sudah terlihat pada awal tahun.  Inflasi bulanan (month to month/mtm) pada Januari 2017 mencapai 0,97 persen dan inflasi tahunannya mencapai 3,49 persen.

Kenaikan inflasi tersebut terutama disumbang oleh kelompok administered prices dan kelompok inti. Kenaikan harga yang diatur pemerintah didorong oleh kenaikan tarif perpanjangan STNK, tarif listrik, dan Bahan Bakar Khusus (BBK).

Sementara kenaikan inflasi inti disumbang oleh pulsa ponsel, sewa rumah, emas perhiasan, mobil, upah pembantu rumah tangga, nasi dengan lauk, dan kontrak rumah.

Seiring tren kenaikan harga minyak dunia, harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri masih berpotensi meningkat tahun ini. Pemerintah juga berencana menaikkan harga-harga yang diatur lainnya sebagai bagian dari reformasi subsidi energi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com