Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Saran Pengusaha Hotel Agar Harga Tiket Pesawat Bisa Turun

Kompas.com - 24/04/2019, 18:39 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyarankan pemerintah untuk memberikan kesempatan bagi yang luas bagi perusahaan yang ingin berkecimpung di industri penerbangan nasional.

Dengan begitu, kata Yusran, harga tiket pesawat bisa lebih kompetitif dari pada sekarang. Sebab, saat ini hanya ada Garuda Indonesia dan Lion Air Group yang menguasai industri penerbangan Indonesia.

“Kami usulkan begini, supaya bisnis sehat, buka aja kompetisi yang seluas-luasanya. Regional airlnines dibuka lagi, jangan hanya dua pemain saja, jadi lebih sehat (persaingannya), jadi yang diuntungka konsumen,” ujar Yusran di Jakarta, Rabu (24/4/2019).

Baca juga: Tiket Pesawat Mahal jadi Penyebab Tingkat Isian Hotel Berbintang Turun?

Yusran mencontohkan, saat ini harga tiket pesawat dari Jakarta ke Kualalumpur, Malaysia hanya Rp 500.000 sampai Rp 600.000. Namun, penerbangan dari Jakarta ke Padang atau Medan bisa mencapai Rp 1,7 juta hingga Rp 1,9 juta.

“Sekarang kenapa bisa gini. Jakarta-Bali saja bisa lebih rendah, karena pemainnya banyak. Kami usulkan begini supaya bisnis sehat,” kata Yusran.

Menurut dia, langkah tersebut lebih bijak dilakukan pemerintah ketimbang melakukan intervensi harga.

“Kalau kita paksa mereka (maskapai) turunkan (harga tiket), nanti ada stemenet ‘kami dipaksa turun’, itu enggak enak. Apalagi yang maksa pemerintah. Kami harapkan ada kompetisi, kayak hotel, sehingga harga jadi kompetitif,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com