Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Pantau Mata Uang Malaysia, Vietnam, dan Singapura, Ada Apa?

Kompas.com - 30/05/2019, 14:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) memasukkan mata uang Malaysia, Singapura, dan Vietnam ke dalam daftar mata uang yang dipantaunya. Sebab, ketiga mata uang tersebut diduga melakukan praktik yang tidak adil.

Singkatnya, pemerintah AS menduga ketiga mata uang tersebut dimanipulasi oleh otoritas setempat. Selain itu, pemerintah AS juga mengategorikan mata uang 9 negara, termasuk China, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan ke dalam daftar yang memerlukan perhatian khusus.

Namun demikian, seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis (30/5/2019), tidak ada satupun dari 9 negara tersebut yang dianggap manipulator mata uang.

Baca juga: Amerika Curigai Pelemahan Yuan sebagai Manipulasi Nilai Mata Uang

Beberapa pihak mempertanyakan langkah yang dilakukan AS tersebut. Ada pandangan yang menyebut bahwa langkah ini terkait dekatnya hubungan perdagangan negara-negara tersebut dengan China.

"Ini menentang logika. Di Singapura, kami memutar mata (keheranan)," kata Song Seng Wun, ekonom di CIMB Private Banking.

Departemen Keuangan AS menerbitkan daftar monitor manipulasi mata uang dua kali dalma setahun. Daftar ini menuai kontroversi terkait metode yang digunakan untuk menentukan apakah mata uang sebuah negara dimanipulasi oleh pemerintahnya.

Ada 21 mata uang negara asing yang dipantau dalam daftar tersebut. Adapun India dan Swiss telah dikeluarkan dari daftar.

Baca juga: AS Terbitkan Laporan soal Dugaan Manipulasi Mata Uang

Berdasarkan metode itu, sebuah negara dapat dikatakan memanipulasi mata uangnya apabila memenuhi tiga kriteria. Pertama, negara tersebut memiliki surplus transaksi berjalan sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Kedua, pemerintahnya secara konsisten terlibat dalam intervensi mata uang. Terakhir, negara tersebut memiliki surplus neraca perdagangan yang cukup signifikan dengan AS.

Singapura dimasukkan dalam daftar lantaran besarnya surplus transaksi berjalan dan pembelian valas sebesar 17 miliar dollar AS pada 2018. Sementara Malaysia dan Vietnam mencatat surplus neraca perdagangan dengan AS dan transaksi berjalannya pun surplus.

Baca juga: Jepang Tak Terima Tuduhan Trump soal Manipulasi Nilai Tukar

"Malaysia mendukung perdagangan bebas dan adil, serta tidak menjalankan praktik nilai tukar yang tidak adil," jelas pihak Bank Negara Malaysia.

"Singapura memiliki surplus transaksi berjalan yang besar berkat kebijakan, aturan, infrastruktur, dan tenaga kerja yang bagus," terang Jeffrey Halley, analis senior dari Oanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com