Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Bangsa yang Bernyali: I Dare You!

Kompas.com - 05/06/2019, 08:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemerintah China sendiri sedang terkuras energinya karena perang dagang dengan Amerika Serikat. Setidaknya pundi-pundi sebesar 250 miliar dollar AS terpaksa menguap karena batasan ekspor dan tingginya tarif masuk ke pasar Amerika.

Kasus Huawei terpaksa di-leverage dengan kasus-kasus umum yang mana perusahaan-perusahaan besar dari China terpaksa menderita karena perang dagang ini. Singkat kata, Huawei sendirian berhadapan dengan pemerintah Amerika! So?

Namun begitu, Huawei tak benar-benar sendirian. Benua Afrika, Amerika Latin dan pasar Asia masih terlalu ‘jaim’ untuk tidak berbisnis dengan Huawei. Di samping itu, Huawei tergolong generous soal berbagi R&D dengan negara-negara di mana R&D Institute-nya berada.

Di Leuven, Belgia, misalnya, Huawei termasuk garda depan dalam pengembangan teknologi 5G di mana perusahaan-perusahaan teknologi lainnya masih dalam tahap coba-coba, terutama terkait penerapan 5G di dalam IoT (Internet of Things) serta teknologi Cloud serta AI (Artificial Intelligence-nya). Saat Amerika masih rapat-rapat menyimpan riset di teknologi-teknologi tersebut, Huawei sudah membuatnya menjadi masal.

Mari kita flash back sejenak untuk mengelaborasi kasus Huawei ini. Bulan September 2015 Jack Ma, taipan super tajir pendiri Alibaba Group yang juga asal China menghadiri talkshow dalam acara CNBC ‘Clinton Global Initiatives’ yang mana mantan presiden Amerika Bill Clinton menjadi co-speaker-nya.

Ada satu hal yang penting disampaikan oleh Jack Ma soal ketakutan orang-orang Amerika dan pemerintahnya terhadap China serta laju ekonominya.

“Masyarakat China tak seperti orang-orang Amerika yang royal membelanjakan uang masa depannya untuk belanja hari ini. (Tapi kini) China sedang bertransisi ke arah ekonomi yang didorong konsumsi, dengan demikian apapun produk China masih bisa dikonsumsi secara domestik tanpa terlalu bergantung pada pasar luar negeri,” ucap Ma.

Sebenarnya pernyataan Jack Ma selaras dengan kondisi internal di China sendiri saat ini. China belum benar-benar siap menjadi pasar konsumen untuk produk-produk mereka sendiri. Begini lanjut Jack Ma …

“Kalian orang-orang Amerika terlalu mengkhawatirkan soal China. Setiap kali kalian berpikir China adalah masalah, mendadak ekonomi kami menjadi lebih baik. Tapi setiap kali kalian berharap China bisa membantu meredam gejolak global, (ekonomi) kami malah menjadi berantakan.”

Jack Ma sedang berbicara soal kesaling-tergantungan global. Bill Clinton bisa mencerna dengan baik statement Jack Ma. Sayangnya, empat tahun kemudian, Presiden Donald Trump gagal melihat konsep ketergantungan serta keterhubungan ini.

Bayangkan, ribuan merek dan produk teknologi Amerika diproduksi di China, sementara perusahaan-perusahaan besar China mencari dana segar dengan melantai di bursa Wallstreet, Manhattan Selatan.

Label ‘designed in the US, manufactured in China’ menjadi co-branding yang sangat kuat di seluruh dunia, karena label itu mengisyaratkan kualitas yang tinggi dengan ongkos produksi yang relatif rendah sehingga harganya terjangkau masyarakat konsumen global. China akan selalu tergantung pada brand-portfolio serta kekuatan modal global di tanah Amerika.

Statement “Are You China-Ready?”

Lepas dari polemik Ren Zhengfei melawan pemerintah Amerika, atau kejujuran seorang Jack Ma saat menyatakan betapa bergantungnya China dengan Amerika, ada satu fenomena unik di negeri tirai bambu itu sendiri.

Sebuah organisasi yang merupakan kemitraan antara pemerintah Cina (kementerian pariwisata serta kementrian perdagangan dan industri) dengan korporasi-korporasi swasta China yang bernama ‘China-Ready & Accredited” (CRA) telah mempelopori untuk membuka Chhina, siapa dan seperti apa China dan orang-orangnya, serta bagaimana budaya serta keinginan atau preferensi masyarakat China saat berhadapan dengan masyarakat global.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com