JAKARTA, KOMPAS.com - Gojek bekerja sama dengan lembaga penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Center for Digital Society (CfDS) menerbitkan hasil studi mengenai analisa fenomena penipuan dengan teknik rekayasa sosial.
Studi ini dilakukan untuk meminimalkan tindak penipuan melalui aplikasi decacorn tersebut.
Adjunct Researcher CfDS Adityo Hidayat mengatakan, saat ini modus penipuan yang tengah marak terjadi ialah manipulasi psikologis.
Menurutnya, hal ini kerap terjadi disebabkan pemanfaatan teknologi masyarakat Indonesia yang tidak sebanding dengan tingkat literasi masyarakat yang masih tergolong rendah.
Baca juga: Dikabarkan Bakal Merger dengan Grab, Ini Kata Gojek
"Kesenjangan tersebut menjadi salah satu penyebab utama maraknya penipuan dengan teknik rekayasa sosial," ujar dia, di Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Oleh karenanya, ia menekankan pentingnya pemberian edukasi baik kepada pelanggan maupun mitra Gojek agar modus serupa tidak terulang.
Senada dengan Adityo, Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan edukasi menjadi salah satu faktor penting untuk mengantisipasi kasus penipuan kembali terulang.
"Ada 3 kunci dalam pilar edukasi, modul edukasi yang lengkap, kolaborasi dengan pemangku kepentingan, dan distribusi yang luas," katanya.
Baca juga: Kasus Driver Online Raup Bonus Rp 400 Juta dari Gojek Tuyul, Bagaimana Kecurangan Ini Dilakukan?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.