JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menilai selama ini Indonesia masih cenderung memilih melakukan impor bahan baku obat-obatan dan alat kesehatan, ketimbang memproduksi sendiri dari dalam negeri.
Padahal, Indonesia disebut memiliki kemampuan untuk memproduksi bahan baku obat-obatan maupun alat kesehatan.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinalungga mengatakan, hal tersebut lah yang membuat Erick Thohir pun beranggapan selama ini ada mafia yang membuat Indonesia terus menerus melakukan impor bahan baku obat dan alat kesehatan.
Baca juga: Ini Alasan Ekonom Bhima Yudhistira Tantang Debat Stafsus Jokowi Soal Kartu Prakerja
"Kita melihat perilaku saja, lebih senang trading daripada membuat sendiri. Apakah ada keuntungannya lebih besar, kenapa sampai lama betul begitu terus enggak ada usaha buat di sini," tutur Arya, Minggu (19/4/2020).
Menurutnya, Indonesia memiliki kemampuan untuk memproduksi bahan baku obat maupun alat kesehatan. Namun, pada kenyataannya bahan baku obat dan alat kesehatan masih didominasi impor.
"Industri farmasi alat kesehatan mencapai di atas 90 persen impor. Kemudian bahan baku obat pun demikian di atas 90 persen. Ini kondisi nyata yang dilihat Erick Thohir," ujarnya.
Baca juga: Pelaporan Dokumen Kelengkapan SPT Pajak Diperpanjang hingga 30 Juni 2020
Oleh karenanya untuk mengatasi hal tersebut, Erick Thohir mendorong berbagai pihak dalam negeri untuk memproduksi bahan obat dan alat kesehatan.
Dengan adanya produksi dari dalam negeri, demand akan obat dan alat kesehatan diharapkan mampu terpenuhi. Sehingga, secara otomatis ketergantungan terhadap impor akan berkurang.
"Dengan kita produksi dalam negeri kan otomatis yang main trader hilang, karena dipenuhi produksi dalam negeri," katanya.
Baca juga: Usaha Kuliner dari Rumah, Nelam Raup Omzet Rp 2 Juta Per Hari
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.