Banyak kalangan menilai, upaya Trump tersebut sebagai rencana memaksa perusahaan-perusahaan media sosial mengubah kebijakan pengaturan di platform yang selama ini dianggap merugikan dirinya.
Profesor Hukum dari Universitas Yale, Jack Balkin, mengatakan Trump tengah mencoba menakut-nakuti, memaksa, dan membujuk perusahaa media sosial untuk tidak melakukan hal-hal yang dinilai merugikan Trump.
Baca juga: Betapa Cintanya Para Petani Bawang Putih AS Terhadap Donald Trump
Wacana Trump tersebut sempat membuat saham perusahaan media sosial bergejolak. Saham Twitter sempat merosot hingga 4 persen, Facebook turun 1,6 persen, dan Alphabet yang jadi induk Google sahamnya tercatat naik tipis.
Trump sendiri selama ini dikenal sebagai pengguna Twitter yang aktif. Dia hampir setiap hari mempromosikan kebijakannya dalam cuitan-cuitannya, termasuk untuk menyerang lawan-lawan politiknya.
Meski menjadi pengguna Twitter, Trump mengkritik kalau media sosial ini seringkali bias dalam perpolitikan di AS, dan menurutnya kerapkali mendukung Demokrat.
Selain Twitter, Trump juga kerap melontarkan tuduhan tak berdasar pada Facebook, media sosial yang malah sering digunakan Trump untuk iklan kampanyenya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.