JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea menilai tabungan perumahan rakyat (Tapera) memiliki visi misi yang baik karena memberikan kesempatan untuk rakyat Indonesia terutama buruh memiliki rumah.
Namun, dia menilai besaran iuran Tapera sangat memberatkan buruh.
“Iuran Tapera sangat berat untuk buruh. Jika ditotal dengan iuran-iuran lainnya bisa mencapai 8 persen lebih dari gaji yang harus dikeluarkan tiap bulannya," ujar Andi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/6/2020).
Baca juga: Memahami Tapera, Potong Gaji Karyawan dan Kemiripan dengan BPJS
Andi merincikan, saat ini buruh memiliki potongan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan jaminan hari tua atau dana pensiun mencapai 4 persen dari total upah.
Sementara iuran Tapera berada di angka 3,5 persen, dengan rincian 2,5 persen wajib dibayar pekerja dan 1 persen oleh pemberi kerja.
"Kalau ada potongan lagi akan menambah beban buruh," kata dia.
Andi menambahkan, iuran Tapera seharusnya bersifat sukarela. Sasarannya buruh yang memang kesulitan memiliki rumah.
Baca juga: Tapera Dikritik Mirip Program MLT BPJS Ketenagakerjaan, Apa Itu?
Sementara, bagi yang sudah memiliki rumah tidak perlu lagi mengikuti program tersebut.
“Tapera harusnya jadi opsional. Tidak dipaksakan seperti saat ini," ucap dia.