JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai belum sepenuhnya berorientasi kepada konsumen, dalam hal ini masyarakat.
Pakar ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, belum terfokusnya PLN terhadap konsumen, terlihat dari masih banyaknya keluhan yang disampaikan kepada perusahaan pelat merah penyedia listrik tersebut.
Bahkan, dalam kurun waktu satu tahun, sudah terjadi dua peristiwa besar yang mengakibatkan PLN kebanjiran keluhan dari pelanggan.
Baca juga: Saat Drakor Dituding Jadi Salah Satu Penyebab Kenaikan Tagihan Listrik
Pertama, peristiwa listrik padam atau blackout selama berjam-jam yang terjadi di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah pada Agustus tahun lalu. Belum genap setahun, PLN kembali menuai polemik dengan munculnya banyak keluhan kenaikan tagihan listrik.
"Ini mengindikasikan bahwa PLN itu belum sepenuhnya berorientasi kepada konsumen," katanya dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (19/6/2020).
Menurut dia, hal tersebut terjadi diakibatkan, PLN yang merupakan satu-satunya perusahaan penyedia listrik di Indonesia. Dengan adanya praktik monopoli tersebut, tidak ada persaingan sehat yang dapat memperbaiki kualitas pelayanan terhadap konsumen.
"Itu juga terjadi ketika Telkom (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan telekomunikasi di Indonesia, tapi ketika pasar dibuka terjadi persaingan yang sehat," tutur Fahmy.
Kendati demikian, Fahmy menilai, bukan tidak mungkin perusahaan dengan praktik monopoli fokus terhadap pelayanan konsumen.
Baca juga: Bahas Lonjakan Tagihan Listrik, Ini 8 Hasil Rapat DPR dengan PLN