Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Edhy: Pantai Selatan Jawa Berpotensi Jadi Sentra Budidaya Udang

Kompas.com - 20/06/2020, 17:19 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyebut pantai selatan Jawa berpeluang menjadi basis (sentra) budidaya udang vaname, melihat luasnya lahan dan potensi air yang dimiliki.

Hal ini dia nyatakan karena potensi air bagus dan kawansannya masih banyak dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Saya enggak berpikir muluk-muluk, yang di depan mata saja dulu. Kemarin saya mengunjungi Sukabumi, sekarang Cidaun dan Garut selatan. Ini saja sudah luar biasa (potensinya)," ujar Edhy dalam siaran pers, Sabtu (20/6/2020).

Edhy menuturkan, pengembangan budidaya udang vaname oleh KKP tidak hanya fokus di Jawa tapi juga berbagai daerah lain di Indonesia.

Baca juga: Legalisasi Cantrang: Alasan Edhy, Kritik Susi, Gerbang Illegal Fishing

Oleh karena itu, Edhy bersama Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto dan dirjen KKP lainnya meninjau tambak rakyat maupun milik perusahaan di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara baru-baru ini.

Alasannya concern membangun budidaya udang nasional adalah Indonesia punya lahan potensial namun udang yang dihasilkan jumlahnya belum maksimal.

Produksi udang nasional per tahun di kisaran 800 ribu ton sementara kebutuhan dunia mencapai 13 sampai 15 juta ton. Pemerintah melihat itu sebagai peluang, sehingga produksi udang nasional harus digenjot.

"Dengan adanya target kenaikan jumlah produksi, usaha budidaya udang tentu menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat. Ini sekaligus mendorong suksesnya program padat karya yang digaungkan pemerintah," kata Edhy.

Baca juga: Menteri Edhy Kembali Bolehkan Penggunaan Cantrang untuk Tangkap Ikan

Tak korbankan lingkungan

Meski gencar membangun budidaya udang nasional, Menteri Edhy berjanji tidak akan mengorbankan lingkungan.

Tambak udang yang dibangun akan mengutamakan keberlanjutan. Caranya dengan menerapkan sistem tambak intensif, yakni lahan yang dipakai lebih sedikit namun hasilnya lebih banyak.

Tambak intensif mampu menghasilkan 40 ton udang vaname per hektar sekali panen, sedangkan tambak konvensional jauh di bawah itu. Tambak intensif juga dilengkapi dengan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL).

"Dulu bertambak lahannya luas pendapatannya sedikit. Sekarang lahannya sedikit, pendapatannya banyak. Ini yang kita balik saat ini. Sehingga sisa lahannya bisa dipakai untuk penghijauan di kawasan pantai," terang Edhy.

Baca juga: Kata Menteri Edhy, Budidaya Udang Lebih Untung Dibanding Tanam Sawit

Banyak tantangan

Menteri Edhy menyadari banyak tantangan dalam membesarkan budidaya udang nasional. Penyiapan lahan hingga modal ada di antaranya.

Namun Edhy mengaku punya strategi untuk menjawab tantangan tersebut, yakni membuka komunikasi seluas-luasnya dengan para pemangku kepentingan dan pelaku usaha perikanan budidaya.

"Strateginya komunikasi terbuka saja dengan pemangku kepentingan wilayah dan stakeholder. Dengan membuka komunikasi persoalan pelan-pelan dapat diurai," terang Edhy.

Mengenai anggaran, selain melalui APBN, ada perbankan hingga pihak swasta yang dapat dilibatkan untuk membangun tambak-tambak intensif.

"Ini adalah cita-cita, target. Saya yakin bila ada umpan balik dan jemputan bola dari bawah, produksi udang nasional bisa mencapai 4 juta ton per tahun," sebutnya.

Baca juga: Menteri Edhy Lantik Komjen Pol Antam Novambar Jadi Sekjen KKP

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com