Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19, Mampukah Startup Indonesia Bertahan?

Kompas.com - 10/07/2020, 12:03 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memberikan dampak pada seluruh sektor perekonomian dalam negeri, tak terkecuali startup digital. Sebagian besar bisnis berbasis digital ini turut terpukul di masa pandemi.

Sebelum pandemi, sebanyak 74,8 persen perusahaan perintis di Tanah Air berada dalam kondisi baik atau sangat baik di akhir 2019. Namun, kini tinggal 33 persen yang berada dalam kondisi baik dan sangat baik.

Sebagian besar atau 42,5 persen startup digital berada dalam kondisi buruk atau sangat buruk akibat pandemi Covid-19. Serta sebanyak 24,5 persen berada dalam kondisi biasa saja.

Baca juga: Meski Terdampak Pandemi, Sebagian Startup Masih Merekrut Pekerja

"Jadi pandemi ini banyak memukul perusahaan-perusahaan digital, ada migrasi dari kondisi baik atau sangat baik menjadi buruk atau sangat buruk," ujar Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri dalam webinar Pandemi Covid: Dampak Terhadap Pelaku Ekonomi Digital, Kamis (9/7/2020).

Hal ini berdasarkan riset Katadata Insight Center yang melakukan survei terhadap 139 eksekutif startup pada Mei-Juni 2020, dengan tujuan mengetahui kondisi perusahaan di masa pandemi Covid-19.

Riset ini mencakup startup dengan tahapan seed & cockroach alias valuasi di bawah 10 juta dollar AS, pony  (valuasi 10-99,9 juta dollar AS), serta centaur dan unicorn (valuasi di atas 100 juta dollar AS).

Survei menunjukkan, hanya 48,9 persen startup yang mengaku bisa bertahan lebih dari satu tahun sejak virus corona masuk ke Indonesia pada Maret 2020. Sebagian besar startup mengaku sulit untuk mempertahankan bisnisnya lebih dari satu tahun.

Baca juga: Kurang dari 50 Persen Startup yang Mampu Bertahan di Tengah Krisis Akibat Covid-19

Sebanyak 20,9 persen startup hanya mampu bertahan 6-12 bulan dan 20,1 persen startup hanya mampu bertahan 3-6 bulan. Serta, sebanyak 10,1 persen startup mengaku hanya mampu bertahan kurang dari 3 bulan.

"Jika perhitungan sejak Maret 2020, mungkin 10,1 persen bisa jadi sudah tutup saat ini. Dan sekitar 20,1 persen startup sedang struggling saat ini, kemungkinan beberapa gugur atau bertahan di September atau Oktober nanti," jelas dia.

Startup yang bergerak di sektor pariwisata, sektor ekosistem pendukung digitalisasi dan maritim menjadi paling terpukul. Sedangkan sektor sistem pembayaran, logistik, pertanian, kesehatan, teknologi informasi dan sektor pendidikan, meski terkena dampak, namun kondisi perusahaan masih cukup baik.

Tekanan yang dialami selama pandemi tergambar dalam penurunan terhadap jumlah pengunjung/pengunduh aplikasi, jumlah transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan dan jenis produk/layanan yang ditawarkan.

Jumlah startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1 miliar-Rp 100 miliar per bulan, banyak yang mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2 persen menjadi 14,7 persen.

Namun, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar yang semula sebanyak 10,9 persen startup mengalami kenaikan menjadi 13,2 persen.

Selain pergeseran jumlah transaksi, juga terjadi perubahan preferensi konsumen yang diikuti startup dengan dengan perubahan jenis dan fokus layanan. Misal sektor pendidikan terjadi perubahan permintaan dari kursus offline menjadi online.

Kendati demikian, Mulya melihat angka 48,9 persen startup yang bisa bertahan hingga 2021 mendatang, merupakan kabar baik yang cukup menjanjikan. Sebab, menunjukkan adanya kestabilan pada banyak startup di Tanah Air untuk bisa bertahan di tengah pelemahan ekonomi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com