Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Sajadah Impor Asal China, Industri Tekstil Lokal Babak Belur

Kompas.com - 22/08/2020, 14:13 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pelaku usaha tekstil dalam negeri yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengeluhkan banjir sajadah impor asal China sejak beberapa tahun terakhir.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), telah terjadi lonjakan impor karpet, sajadah, dan penutup lantai tekstil lainnya pada periode tahun 2017 sampai 2019 dengan tren sebesar 25,2 persen, sehingga menyebabkan ancaman kerugian serius pada industri tekstil dalam negeri.

Sekretaris Eksekutif API, Rizal Tanzil Rakhman, mengatakan pihaknya mewakili industri karpet dan sajadah dalam negeri telah mengajukan permohonan safeguard ke Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).

"Kami harapkan dapat segera dikabulkan agar industri karpet sajadah dalam negeri dapat diselamatkan dan menghindari terjadinya banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masif," kata Rizal dikonfirmasi, Sabtu (22/8/2020).

Baca juga: Industri Tekstil Indonesia: Banjir Impor hingga Corona

Menurut dia, kondisi ini mengakibatkan menurunnya pangsa pasar domestik pengusaha tekstil lokal akibat produk impor yang sejenis yang secara langsung bersaing di pasar.

Dengan membanjirnya produk impor karpet dan sajadah tersebut mengakibatkan industri dalam negeri terpaksa mengurangi produksinya.

"Tak bisa dihindari adanya penumpukan persediaan bahan baku dan barang jadi dalam jumlah yang besar hampir disemua pabrik. Utilisasi dari kapasitas terpasang kurang dari 40 persen," ujar Rizal.

Dengan turunnya produksi, lanjut dia, maka otomatis telah terjadi pengurangan karyawan yang cukup banyak. Kinerja keuangan industri tekstil dalam negeri telah mengalami penurunan yang signifikan.

Baca juga: RI Akan Impor 50 Juta Dosis Calon Vaksin Covid-19 dari China

Menurut data dari BPS dalam tahun 2019, impor produk karpet dan penutup lantai tekstil lainnya mayoritas berasal dari China dan Turki, masing masing sebesar 63,43 persen dan 19,16 persen.

Harga rata-rata produk impor dari China dan Turki masing-masing adalah sebesar 2,5 dollar AS per kg dan 1,36 dollar AS per kg. Ia menuturkan, banyak sajadah dan karpet impor tak memenuhi standar. 

"Yang sudah jelas jelas menunjukan bahwa mayoritas produk produk yang diimpor adalah yang berkualitas rendah dan tidak sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan (K3L) seperti memakai bahan foam/busa (yang mudah terbakar) dan sisa-sisa limbah industri tekstil (yang tidak baik untuk kesehatan) sebagai bahan alas karpet dan sajadah," kata dia.

Menurut Rizal, industri tekstil lokal telah memproduksi barang barang berkualitas dan telah memiliki berbagai sertifikat dari dalam dan luar negeri, ini dibuktikan dengan banyak produk produk dalam negeri telah terpasang di hotel-hotel bintang 5, gedung gedung bioskop kelas atas, bandara udara, masjid, perkantoran, serta otomotif.

Baca juga: Asosiasi Tekstil: 80 Persen Pekerja Garmen Sudah Dirumahkan

Sementara itu, Jivat Khiani, Ketua Komite Karpet dan Sajadah API, mengatakan beberapa tahun terakhir impor produk karpet dan sajadah telah menggerus pangsa pasar industri dalam negeri, terutama dengan harga yang lebih rendah.

"Selain membanjirnya produk produk impor, kami juga mengalami kendala yaitu adanya disharmonisasi tarif bea masuk impor yang dikenakan terhadap bahan baku utama berupa polypropilene resin yaitu sebesar 10 persen," jelas Jivat.

Sedangkan tarif bea masuk impor untuk benang polypropilene lebih rendah yaitu sebesar 5 persen. Untuk produk akhirnya yaitu barang jadi berupa karpet dan sajadah dikenakan tarif bea masuk impor sebesar 0 persen dari negara negara yang mempunyai perjanjian dagang.

Anop, salah satu pengusaha karpet dan sajadah dalam negeri menyatakan pengusaha lokal meminta pemerintah segera turun tangan.

Baca juga: Tak Hanya Corona, Banjir Produk Impor Hantui PHK Industri Tekstil

Dengan banyaknya barang barang impor karpet dan sajadah yang membanjiri pasar domestik, kata dia, banyak industri dalam negeri sudah berada dalam kondisi yang sangat kritis dan tidak akan dapat bertahan lebih lama.

"Kami mohon agar pemerintah segera mengambil langkah langkah untuk mengendalikan impor untuk produk karpet dan sajadah," ucap Anop.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com