Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Pandemi, Perlu Perbaikan Database Agar Bansos Tepat Sasaran

Kompas.com - 18/09/2020, 19:12 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembatasan pergerakkan menjadi langkah yang diharapkan bisa menekan penyebaran Covid-19 sehingga kerugian bisa diperkecil. Masyarakat pun harus berela untuk menghabiskan sebagian besar aktivitasnya di rumah.

Kendati demikian, bagi masyarakat miskin dan rentan hal tersebut tentu sulit dilakukan. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan finansial seringkali mengharuskan mereka tetap keluar rumah, sekalipun bukan bekerja di sektor yang esensial atau vital selama masa pembatasan.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) dan Direktur Riset INDEF, Berly Martawardaya mengatakan, untuk bisa mendorong masyarakat mengurangi aktivitasnya di luar rumah adalah dengan menjamin kebutuhan mereka, khususnya bagi yang miskin dan rentan.

Baca juga: Meski PSBB, Sri Mulyani Tegaskan Tak Akan Tambah Alokasi Buat Bansos

Pemberian bantuan sosial (bansos) hingga bantuan langsung tunai (BLT) menjadi langkah yang tepat untuk dilakukan.

"Di negara-negara lain hal ini sudah dilakukan, ini bukanlah hal yang aneh. Jadi datalah orang-orang yang membutuhkan, termasuk masyarakat miskin dan rentan," ujar dia dalam webinar bertajuk 'Gas-Rem PSBB, Bagaimana yang Efektif?', Jumat (18/9/2020).

Namun yang perlu menjadi perhatian adalah keakuratan data calon penerima bantuan. Menurutnya, Indonesia masih berkutat dalam persoalan data yang sebagain besar daerah belum diperbaharui sejak tahun 2015.

Berly bilang, sekitar 100 kabupaten/kota data masyarakat miskin dan rentan masih tahun 2015, sebagian lagi ada yang masih tahun 2018 atau 2019. Maka, database menjadi persoalan yang perlu diperbaiki agar bansos bisa tepat sasaran.

"Jadi karena masalahnya itu di database, perbaikilah database itu, sehingga bisa membantu mendorong supaya survive secara ekonomi dari segi rumah tangga. Karena ekonomi rumah tangga itu besar kontribusnya (pada ekonomi nasional)," kata dia.

Baca juga: Lanjutkan Bansos hingga Prakerja, Jokowi Anggarkan Rp 419,3 Triliun

Berly mengatakan, saat ini penopang utama ekonomi Indonesia masih berasal dari konsumsi rumah tangga, yang kontribusinya sekitar 55-58 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Melihat pentingnya konsumsi masyarakat, maka alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang senilai Rp 695,2 triliun, juga harus lebih menyasar pada peningkatan daya beli masyarakat.

Ia mengatakan, pemerintah perlu membantu masyarakat yang bekerja di sektor-sektor yang paling terimbas pandemi. Seperti pariwisata, hiburan, restoran, hotel, pasar tradisional, hingga olahraga indoor.

"Karena kalau lebih banyak untuk supply side lewat (penyaluran kredit) bank, itu bank kan saat ini hati-hati sekali buat berikan pinjaman karena ketidakpastian Covid-19 juga. Jadi ke sisi korporasi itu juga agak macet," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga BBM Shell Per 1 Mei 2024 Naik, Cek Rinciannya!

Harga BBM Shell Per 1 Mei 2024 Naik, Cek Rinciannya!

Whats New
Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Satgas Judi Online Belum Mulai Bekerja, Pemerintah Masih Susun Formula

Whats New
Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Ultra Mikro Capai Rp 617,9 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com