Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pupuk Subsidi Langka, BUMN Pupuk Dapat Suntikan Rp 3,1 Triliun

Kompas.com - 02/10/2020, 09:08 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) mendapat tambahan alokasi pupuk subsidi sekitar Rp3,1 triliun yang setara dengan 1 juta ton pupuk guna mengatasi kelangkaan komoditas strategis itu yang terjadi.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman, mengatakan tambahan alokasi itu menambah stok pupuk subsidi menjadi 8,9 juta ton, dari yang sebelumnya hanya 7,9 juta ton.

"Minggu ini kami memperoleh Rp 3,1 triliun untuk tambahan alokasi subsidi pupuk sekitar hampir 1 juta ton," kata dia rapat saat dengar pendapat (RDP) di DPR RI seperti dilansir dari Antara, Jumat (2/10/2020). 

Bakir menuturkan perseroan telah menyalurkan 5,9 juta ton atau 72 persen dari total alokasi yang disediakan oleh pemerintah sebanyak 8,9 juta ton.

Ia merinci, penyaluran pupuk bersubsidi untuk jenis urea 2,7 juta ton (67 persen), SP-36 sebanyak 399,9 ribu ton (67 persen), ZA 540 ribu ton (63 persen), NPK 1,9 juta ton (78 persen) dan organia 386 ribu ton (54 persen).

Baca juga: Terungkap, Ini Penyebab Pupuk Subsidi Hilang di Pasaran

Kebijakan penambahan alokasi subsidi pupuk tersebut telah tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01 Tahun 2020 tentang alokasi dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi sektor pertanian tahun anggaran 2020.

BUMN pupuk itu akan segera menyalurkan tambahan alokasi pupuk bersubsidi yang telah disetujui oleh pemerintah.

"Kami sudah menerima surat dari Mentan (Menteri Pertanian) mengenai penambahan alokasi subsidi sebesar 1 juta ton. Untuk itu kami sedang berkoordinasi dengan dinas pertanian daerah, dan siap segera mendistribusikan tambahan alokasi tersebut. Sehingga ke depan Insyaallah bisa menghilangkan kelangkaan pupuk," kata Bakir.

BUMN pupuk diprediksi raup untung

Ia memprediksi kinerja laba perusahaan sekitar Rp 2,5 triliun hingga Rp 2,6 triliun karena terdampak pandemi Covid-19.

Baca juga: Pupuk Hilang di Pasaran, Petani: Kita Mau Makan Apa Besok...

Dia mengatakan pendapatan usaha perseroan hingga Agustus 2020 mencapai Rp 48,20 triliun, masih cukup baik jika dibandingkan dengan total pendapatan usaha pada 2019 sebesar Rp 71,31 triliun.

"Memang ada kecenderungan melambat, menurun, karena harga komoditas cenderung menurun, termasuk amoniak dan urea. Namun harga penjualan tetap," kata dia.

Berdasarkan data perusahaan, laba perusahaan hingga Agustus 2020 mencapai Rp 2,83 triliun. Namun Bakir mengaku kemungkinan capaian laba hingga akhir tahun tidak akan lebih baik dari capaian tahun sebelumnya sebesar R p5,35 triliun.

"Kalau dilihat dari laba sebelum pajak sampai Agustus memang Rp 2,83 triliun. Prognosa kami, nanti tidak akan mencapai laba seperti 2019, mungkin nanti laba setelah pajak sekitar Rp 2,5 triliun-Rp 2,6 triliun sampai ke ujung tahun. Prognosa kami memang menurun untuk laba, namun masih positif," jelas dia.

Baca juga: Lewat Kartu Tani, Kementan Yakin Distribusi Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Alokasi pupuk subsidi minta ditambah

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mendorong alokasi subsidi pupuk tahun depan naik dua kali lipat menyusul perubahan perilaku masyarakat yang kini banyak kembali bertani.

"Kemarin kita sempat minta kepada pemerintah, kalau ada subsidi pupuk ini diduakalikan karena ada perubahan gelombang buruh pabrik anak petani, mungkin tukang becak, buruh bangunan, yang saat ini mengalami kondisi pandemi, berbalik menjadi petani," kata Aria saat membuka rapat dengar pendapat (RDP) dengan PT Pupuk Indonesia (Persero).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com