Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Danamon Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2021 Capai 3,4 Persen

Kompas.com - 21/12/2020, 19:13 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mengalami pemulihan di tahun depan. Sehingga ekonomi tak lagi terkontraksi melainkan tumbuh positif.

Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, pertumbuhan ekonomi di 2021 diproyeksi sebesar 3,4 persen.

Ini sejalan dengan pemulihan yang sudah mulai terjadi pada tahun ini.

Baca juga: Sri Mulyani Revisi ke Bawah Pertumbuhan Ekonomi 2020 Jadi -2,2 Persen hingga -1,7 Persen

"Tahun depan kami melihat akan ada perbaikan ekonomi," kata Irman dalam konferensi pers Economic Outlook 2021 secara virtual, Senin (21/12/2020).

Irman menjelaskan, perbaikan ekonomi tahun depan sangat bergantung pada pemulihan konsumsi dalam negeri, yang merupakan penopang perekonomian Indonesia.

Kepercayaan konsumen diperkirakan membaik seiring sudah masuknya vaksin Covid-19 ke Indonesia.

Awal tahun depan, pemerintah pun mulai melakukan vaksinasi.

Meski demikian, penerapan protokol kesehatan untuk menekan transmisi virus corona juga turut berperan penting, mengingat proses vaksinasi dilakukan bertahap dan butuh waktu yang tidak singkat.

Baca juga: Bank Dunia Revisi ke Bawah Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi Minus 2,2 Persen

"Jadi sangat bergantung nantinya pada bagaimana pemulihan permintaan domestik di tahun depan, apakah memang akan sesuai ekspetasi yang membaik secara gradual," kata Irman. 

Dari sisi eksternal juga cukup optimistis, lantaran di kuartal III-2020 sebagian besar negara di dunia sudah menunjukkan pemulihan ekonomi meski masih terkontraksi.

Bahkan, ekonomi China sudah positif di kuartal II dan kuartal III-2020.

Sehingga diharapkan permintaan global bisa semakin meningkat di tahun depan dan perekonomian pun bisa pulih.

"Ekspor kita di November 2020 pertumbuhannya positif yang tinggi (tumbuh 6,36 persen dari Oktober 2020 dan 9,54 persen dari November 2020) karena memang perbaikan permintaan global, terutama di China dan India," jelas Irman.

Baca juga: Gerakan Anti-radikalisme Sejalan dengan Target Pertumbuhan Ekonomi Global

Meski demikian, Irman mengakui masih ada risiko terhadap pemulihan ekonomi tahun depan dari sisi eksternal.

Lantaran sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat saat ini mengalami gelombang kedua (second wave) kasus Covid-19.

"Di Inggris bahkan baru saja dirilis ada varian virus baru dari Covid-19, tapi ini masih diteliti lebih lanjut. Ini juga dapat menjadi risiko kedepannya," kata dia.

Meningkatnya risiko di global tentu akan kembali mempengaruhi perdagangan internasional, sehingga bisa kembali memukul perekonomian sejumlah negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com