Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi RI Kuartal IV-2020 Diproyeksi Minus 2,9 Persen, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 18/01/2021, 18:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2020 masih mengalami kontraksi -2,9 persen (year on year/yoy).

Alhasil, kontraksi ekonomi di keseluruhan tahun 2020 diperkirakan mencapai -2,3 persen (yoy).

"Saya memperkirakan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2020 telah terkontraksi sebesar -2,9 persen (yoy). Estimasi ini lebih rendah dibanding proyeksi saya sebelumnya, yaitu -2,3 persen yoy," kata Adrian dalam laporannya, Senin (18/1/2021).

Adrian menuturkan, terkontraksinya ekonomi hingga hampir 3 persen itu disebabkan oleh permintaan dan penawaran ternyata masih di titik rendah, bahkan sampai di penghujung tahun 2020.

Lemahnya permintaan direfleksikan oleh angka imflasi. Inflasi inti (core inflation) secara rerata tahunan (year-average) hanya mencapai 1,6 persen.

"Hal ini menunjukkan masih berlanjutnya kontraksi ekonomi sampai akhir tahun 2020," ungkap Adrian.

Baca juga: Dampak Pandemi, Jumlah Peserta BPJS Ketenagakerjaan Merosot

Adrian menyebut, ada beragam penyebab yang membuat keseimbangan sisi penawaran dan permintaan masih rendah. Faktor utamanya terletak pada terus terkontraksinya sisi penawaran.

Salah satu yang menjadi refleksi adalah rendahnya mobilitas faktor produksi. Mobilitas penduduk intra-kota di kuartal IV 2020 tidak berubah banyak dibanding kuartal III 2020. Gambaran mobilitas antar-kota pun mirip dengan kondisi di kuartal III 2020.

"Hanya mobilitas kargo yang nampaknya sudah bergerak naik di kuartal IV 2020," jelasnya.

Lebih lanjut, mobilitas modal pun masih tertekan. Terlihat gap yang sangat besar antara pertumbuhan kredit dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

"Angka money velocity, yang dalam estimasi kasar saya masih rendah, mengkonfirmasi masih tertekannya aktivitas intermediasi finansial. Sebagai catatan, arus Foreign Direct Investment pun terpantau masih rendah di kuartal IV 2020," sebutnya.

Baca juga: Kronologi Larangan Ekspor Bijih Nikel yang Berujung Gugatan Uni Eropa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com