Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Peringatkan Masalah Vaksin Bisa Jadi Krisis Moral Dunia

Kompas.com - 19/01/2021, 19:22 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali mengulangi peringatan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus  yang menyebut bahwa masalah distribusi vaksin tersebut bisa menjadi krisis moral dunia.

"Karena negara kaya bisa vaksinasi siapa saja dari mulai usia lanjut sampai anak-anak, dan usia muda. Padahal harusnya dalam vaksinasi global ada prioritas. Sementara negara miskin tidak dapat alokasinya," jelas Sri Mulyani ketika melakukan rapat kerja dengan Komite IV DPD RI, Selasa (19/1/2021).

Ia pun mengatakan saat ini di Indonesia sendiri estimasi anggaran vaksinasi terus bergerak. Meski pemerintah memperkirakan anggaran vaksinasi bakal berada di kisaran Rp 73 triliun hingga Rp 74 triliun, jumlah tersebut bisa saja berubah dalam beberapa waktu ke depan.

Baca juga: Waktunya Pemerintah dan Swasta Bersatu Tanggulangi Dampak Pandemi Covid-19

Untuk itu, pemerintah pusat pun telah meminta kementerian/lembaga hingga pemeirntah daerah untuk melakukan realokasi anggaran.

"Waktu kami bersama DPR dan DPD juga terlibat dalam penyusunan APBN 2021, itu disusun dengan berbagai macam asumsi dan termasuk pemahaman dalam artian kita semua mengerti, baik pemerintah, DPR, dan DPD, bahwa Covid-19 adalah masih dinamis," jelas dia.

Pemerintah sendiri tahun ini telah menyiapkan 426,8 juta dosis vaksin dari beberapa perusahaan farmasi dunia.

Jumlah tersebut bakal dipenuhi dari Sinovac sebanyak 125 juta dosis, Novavax 70 juta dosis, serta vaksin Covax yang akan diberikan oleh Gavi, sebanyak 54 juta dosis.

Selain itu juga dari AstraZeneca 59 juta dosis, Pfizer 50 juta dosis vaksin, dan Moderna sekitar 50 juta dosis vaksin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com