Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Beras Impor, Ombudsman Dalami Potensi Malaadministrasi

Kompas.com - 24/03/2021, 20:20 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ombudsman RI memastikan bakal mengusut polemik kebijakan pemerintah membuka keran impor beras sebanyak 1 juta ton.

Lembaga ini melihat adanya potensi malaadministrasi dalam mekanisme pengambilan keputusan impor.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan, pihaknya akan turun ke lapangan untuk mendalami potensi malaadministrasi guna melihat kebijakan importasi dari perspektif hulu hingga hilir.

Baca juga: Ombudsman Sebut Harga Gabah Turun Bukan karena Isu Impor Beras

"Kalau perlu Ombudsman akan turun ke semua provinsi yang ada, kami punya 60 investigator yang bahkan baru diklat dari Kepolisian Bareskrim," ujar Yeka dalam konferensi pers virtual, Rabu (24/3/2021).

Yeka menjelaskan, stok beras Bulog per 14 Maret 2021 mencapai angka 883.585 ton, terdiri dari 859.877 ton stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 23.708 ton stok beras komersial.

Dari jumlah stok CBP yang ada saat ini, terdapat stok beras yang berpotensi turun mutu sekitar 400.00 ton, yang berasal dari pengadaan dalam negeri selama 2018-2019, dan sisa importasi di 2018.

Sehingga, stok beras layak konsumsi yang ada di Bulog saat ini kurang dari 500.000 ton, atau sekitar 20 persen dari kebutuhan beras rata-rata tiap bulan yang sebanyak 2,5 juta ton.

Hal ini yang mendasari pemerintah untuk impor beras.

Baca juga: Ombudsman: Mutu Beras Bulog Turun, Potensi Kerugian Negara Capai Rp 1,25 Triliun

Kendati demikian, kata dia, Ombudsman juga merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memproyeksi produksi dalam negeri akan meningkat pada tahun ini.

Menurut BPS potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan periode sama di 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.

Di sisi lain, Ombudsman menilai harga beras nasional berhasil terjaga stabil dalam tiga tahun terakhir atau sejak pertengahan 2018 hingga 2020.

Oleh sebab itu, pihaknya tak melihat ada indikator yang mengharuskan pemerintah mengimpor beras, baik itu dari sisi produksi maupun harga.

"Merujuk data stok pangan dan potensi produksi beras nasional di 2021, Ombudsman menilai stok beras nasional masih relatif aman dan tidak memerlukan impor dalam waktu dekat ini,” ucap Yeka.

Baca juga: Ombudsman Minta Pemerintah Tunda Impor Beras, Ini Alasannya

Dia menambahkan, Ombudsman juga melihat adanya malaadministrasi dalam manajemen stok beras di Perum Bulog. Sebab, tak seimbang antara penyerapan dan penyaluran beras.

Jalur distribusi beras Bulog dipangkas seiring dihapuskannya penugasan program bansos rastra yang digantikan bantuan pangan non tunai (BPNT).

Padahal program ini mampu menyalurkan beras Bulog sebanyak 2,6 juta ton per tahun.

"Maka kami akan turun ke lapangan untuk lihat sejauh mana pelaksanaan BPNT dan pelaksanaan hal lainnya. Intinya kami ingin lihat kebijakan importasi ini dari perspektif hulu dan hilir, selanjutnya akan dalami untuk memperkuat data-data yang ada," pungkas Yeka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Elnusa Bukukan Laba Bersih Rp 183 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com