Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Pastikan Vaksinasi Kembali Masif di Bulan Mei Usai India Embargo Vaksin

Kompas.com - 06/04/2021, 11:55 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, vaksinasi Covid-19 bakal kembali meningkat pada bulan Mei 2021 karena ada produksi vaksin secara masal dari Bio Farma.

Sebelumnya dia mengaku, stok vaksin pada bulan April 2021 menipis karena ada embargo pengiriman vaksin AstraZeneca dari India.

Pasalnya, India tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 sehingga pengiriman vaksin ke luar negeri dihentikan.

Baca juga: Menkop Teten: Pelaku UKM di Daerah Bakal Mendapat Vaksinasi

"April ini sulit karena jumlah vaksinnya sedikit. Tapi Mei rencana kita produksi yang Bio Farma, (jadi vaksinasi) bisa meningkat kembali," kata Budi Gunadi Sadikin dalam "CIMB Niaga Forum Indonesia Bangkit" secara virtual, Selasa (6/4/2021).

Budi menjelaskan, mulanya Indonesia mendapat jatah vaksin AstraZeneca dari India sebesar 11,7 juta di bulan Maret-April.

Namun, ada 10 juta dosis vaksin yang akhirnya tak bisa dikirim lantaran lonjakan kasus di negara itu.

Akibatnya, rencana suntik vaksin sebanyak 15 juta dosis per bulan atau 500.000 dosis per hari menjadi sulit pada bulan Maret-April.

"Sekarang kita dapatnya hanya 1,3 juta dosis sampai 1,4 juta, sisanya berhenti," papar Budi.

Baca juga: Airlangga: Pemerintah Akan Mengakselerasi Vaksinasi untuk Pulihkan Kepercayaan Publik

Budi menyebut, prioritas vaksin Covid-19 masih akan diberikan untuk lansia, setelah berhasil memberikan vaksin oleh tenaga kesehatan.

Budi bilang, prioritas vaksin memang diberikan pada yang berisiko, seperti tenaga kesehatan dan lansia.

Tenaga kesehatan menjadi yang paling berisiko lantaran terpapar virus berkonsentrasi tinggi setiap hari.

Sementara lansia berisiko karena potensi wafat yang tinggi ketika sudah terpapar.

Budi lantas memaparkan data penularan kasus Covid-19 di Indonesia. Terdapat 10 persen dari 1,5 juta kasus infeksi Covid-19 diidap lansia.

Baca juga: Bos Bio Farma: RI Masuk 10 Besar Negara Terdepan dalam Vaksinasi Covid-19

 

Namun, 50 persen jumlah kematian dari kasus itu adalah lansia.

"Kemungkinan wafat lansia 5-6 kali lebih tinggi. Itu sebabnya kenapa fokusnya ke lansia. Wartawan yang lansia, pegawai pariwisata yang lansia, pegawai ritel yang lansia, pasti kita suntik," ungkap Budi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com